Pages

 
Tampilkan postingan dengan label BANGKALAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BANGKALAN. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 November 2012

CAROG Budaya Madura kah ???

1 komentar

Carok, sebuah kata yang berasal dari Bahasa Madura yang selalu indentik dengan kekerasan, pembunuhan sadis, arogansi dan segala sesuatu yang bersifat negatif. Itu merupakan sebuah pemikiran lama yang sekarang harus kita tinggalkan. Karena pada dasarnya Carok Bukan hanya asal berkelahi tanpa sebab musababnya. Nah untuk lebih jelasnya mari kita ulas semua yang berhubungan dengan Carok itu sendiri.
Dari artikel teman yaitu http://www.tretans.com/ saya sangat ingin berbagi dalam mengulas masalah tersebut, karena pada intinya Madura Bukan Carok, untuk menguatkan Fakta itu mari kita pahami artikel di bawah ini.

Carok / Clurit Bentuk Perlawanan Rakyat Jelata

Carok berasal dari bahasa Kawi Kuno yang berarti Perkelahian. Secara harfiah bahasa Madura, Carok bisa diartikan Ecacca erok-orok (dibantai/mutilasi…?). Menurut D.Zawawi Imron seorang budayawan berjuluk Clurit Emas dari Sumenep, Carok merupakan satu pembauran  dari budaya yang tidak sepenuhnya asli dari Madura. Carok merupakan putusan akhir atau penyelesaian akhir sebuah permasalahan yang tidak bisa diselesaikan secara baik-baik atau musyawarah dimana didalamnya terkandung makna mempertahankan harga diri.

Carok juga selalu identik dengan pembunuhan 7 turunan atas nama kehormatan. Tembeng Pote Matah, Angoan Pote Tolang (dari pada putih mata lebih baik putih tulang=dari pada menanggung malu, lebih baik mati atau membunuh). Dendam yang mengatasnamakan Carok ini bisa terus berlanjut hingga anak cucunya. Ibarat hutang darah harus dibayar darah.

Carok juga dilakukan demi mempertahankan harga diri. Misalnya istri diambil orang, maka carok merupakan putusan atau penyelesaian akhir yang akan dilakukan. Mereka akan saling membunuh satu dengan yang lain. Dan uniknya, bagi keluarga yang mengambil istri orang, maka jika dia terbunuh, tak satupun keluarga korban akan menuntut balas pembunuhan tersebut karena mereka memandang malu jika keluarganya sampai mengambil istri orang. Namun sebaliknya, apabila yang terbunuh adalah pihak yang punya istri, maka yang terjadi akan muncul dendam 7 turunan.

Pelaku Carok merupakan pelaku pembunuhan yang jantan atau sportif. Jika mereka telah membunuh, maka ia akan datang ke kantor polisi dan melaporkan dirinya bahwa ia telah membunuh orang. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab pembunuh kepada masyarakat sekaligus sebagai bentuk memohon perlindungan hukum. Meski beberapa kasus juga kerap terjadi, mereka menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh lawannya, atau bias pula pelaku yang membunuh namun yang masuk penjara adalah orang lain, istilahnya membeli hukuman. Tentunya hal yang terakhir ini harus ada kompensasinya, yakni si pelaku harus memeberikan semua biaya hidup pada keluarga orang yang telah bersedia masuk penjara atas namanya.


Carok juga selalu identik dengan senjata Clurit. Sebuah senjata yang pada awalnya merupakan senjata untuk menyabit rumput. Madura tidak mengenal senjata tersebut. Sejak masa Raden Segoro hingga Banyak Wide (1269), pangeran Joko Tole (1415) hingga ke masa Cakra Ningrat atau kyai Pragolbo (1531) senjata Clurit masih belum ada. Mereka hanya mengenal senjata tombak, pedang, keris dan panah sebagaimana umumnya prajurit-prajurit kerajaan. Hingga permulaan berdirinya Majapahit yang didukung oleh kerajaan Sumenep, maupun sebelumnya pada masa Tumapel hingga Singasari yang jatuh oleh kerajaan Gelang-Gelang Kediri yang dibantu pasukan Madura, senjata Clurit masih belum ada. Bahkan pada masa penyerbuan ke Batavia oleh Fatahillah yang dibantu pasukan Madura, juga mereka masih bersenjatakan Keris atau yang lainnya (bukan Clurit). Bahkan pada peristiwa Branjang Kawat dan Jurang Penatas, sama sekali tak ada senjata clurit disebut-sebut.

Menurut R.Abdul Hamid, salah seorang keturunan dari Cakraningrat menerangkan, bahwasannya budaya carok merupakan pengejawantahan yang dilakukan oleh masyarakat madura yang dulunya masih banyak yang memiliki pendidikan rendah. namun seiring perkembangan jaman, dimana banyak guru2 impres yang datang ke madura, Carok pun mulai berkurang.

Hanya Calok yang disebutkan dalam babat Songenep. Calok sendiri merupakan senjata Kek Lesap (1749) yang memberontak dan hampir menguasai semua dataran Madura. Senjata Calok juka pernah dipakai balatentara Ayothaya Siam dalam perang melawan kerajaan lain. Pada masa itu yang popular berbentuk Calok Selaben dan Lancor. Konon senjata Calok dibawa prajurit Madura ke Siam sebagai bagian dari bala bantuan kerajaan Madura dalam pengamanan di tanah Siam.

Menurut Budayawan Celurit Emas D.Zawawi Imron, senjata Clurit memiliki filosophy yang cukup dalam. Dari bentuknya yang mirip tanda Tanya, bisa dimaknai sebagai satu bentuk kepribadian masyarakat Madura yang selalu ingin tahu.

Lantas bagaimana kisah sebenarnya?. Sejak kapan istilah Carok dan Clurit ini dikenal? Hingga sekarang ini masih belum ada sebuah penelitian yang menjurus pada kalimat yang berbau sangar ini. Yang pasti, kalimat ini pertama kali dikenalkan pada masa pak Sakerah seorang mandor tebu di bangil-pasuruan yang menentang ketidak adilan colonial Belanda. Dengan senjata Clurit yang merupakan symbol perlawanan rakyat jelata pada abat 18. Kompeni yang merasa jengkel dengan perlawanan Pak sakerah kemudian menyewa centeng-centeng kaum Blater Madura untuk menghadapi Pak. Sakerah. Namuni, tak satupun dari kaum blater tersebut menang dari pak Sakerah. Yang jadi pertanyaan, benarkah pak sakerah sangat pandai bermain jurus-jurus clurit?..tak ada satu sumberpun yang bias menjawab pasti.

Sejak saat itu, perlawanan rakyat jelata dengan Clurit mulai dikenal dan popular. Namun demikian, senjata Clurit masih belum memiliki disain yang memadai sebagai alat pembunuh. Rakyat Pasuruan dan Bangil ketika itu hanya memiliki senjata yang setiap harinya dugunakan untuk menyabit rumput itu. Sehingga kepopuleran Clurit sebagai senjata perang rakyat jelata makin tersebar. Karena itulah Propaganda Belanda untuk menyudutkan pak Sakerah cukup berhasil dengan menggunakan dua istilah yakni Carok dan Clurit.

Tragedi  Bere’ Temor Populerkan Carok dan Clurit

Carok dan Clurit ibarat mata uang logam dengan dua gambar. Istilah ini terus bermetamorfosa hingga pada tahun 70 an terjadi peristiwa yang membuat bulu kudu berdiri. Sayangnya peristiwa yang memakan korban banyak ini tidak terespos media karena pada masa itu jaringan media tidak seheboh sekarang. Sehingga tragedy yang disebut oleh masyarakat Madura sebagai tragedy Bere’ Temor (barat-timur.Red) sama sekali tak pernah mencuat dikalangan umum, namun hanya dirasakan dikalangan orang Madura sendiri.

Peristiwa tersebut merupakan gap antara blok Madura barat yang diwakili Bangkalan dengan Madura Timur yang diwakili Sampang. Konon peristiwa tersebut cukup membuat masyarakat setempat dicekam ketakutan. Karena hampir setiap hari selalu terdapat pembunuhan. Baik dipasar, jalan, sawah atau dikampung-kampung. Saat itulah istilah Carok dan senjata Clurit makin popular.

Pada masa Bere’ temor tersebut beberapa desa seperti Rabesen barat dan Rabesen Timur, Gelis, Baypajung, Sampang, Jeddih dan beberapa desa lain cukup mewarnai tragedy tersebut. Lama tragedy tersebut terjadi hingga keluar dari Madura, yakni Surabaya dan beberapa daerah lainnya.

Menurut H.Abdul Majid, seorang tokoh Madura asal Beypanjung-Tanah Merah yang dipercaya kepolisian kabupaten Bangkalan untuk menjadi pengaman dan penengah Carok se Madura, menerengkan bahwa Carok jaman dulu adalah perkelahian duel hidup mati antara kedua belah pihak yang bertikai. Carok pada masa itu selalu identik dengan duel maut yang berujung dendam pada keluarga berikutnya.

Hafil M, seorang tokoh Madura juga menerangkan bahwa pada masa itu setiap orang yang hendak bercarok akan melakukan satu ritual khusus dengan doa selamatan ala islam kemudian melekan dan mengasah Clurit mereka serta mengasapinya dengan dupa. Keesokan harinya, mereka semua akan menghiasi mukanya dengan angus hitam.

Ungkapan senada juga disampaikan oleh Mas Marsidi Djoyotruno, seorang pelaku peristiwa menghebohkan tersebut. Menurutnya, pada tragedy gap antara Madura barat dan Madura timur tersebut selalu membawa kengerian, setiap orang yang bertemu meski tidak kenal akan langsung saling bunuh asal mereka dari dua kubu tersebut.tak peduli mereka bertikai atau tidak. Ini semua dilakukan demi harga diri desanya atau yang lainnya. Masih menurut Mas Marsidi, tragadi tersebut cukup banyak menelan korban jiwa. Bahkan menurut seorang pelaku lainnya Abah Ali juga mengungkapkan, tragedy tersebut 1/2nya mirip kasus Sampit. Korban yang terbunuh menumpuk bagai ikan tangkapan di jaring.

Perkembangan disain clurit sendiri baru mulai betul-betul khusus untuk membunuh, diperkirakan pada masa revolosi 1945. Dimana  resimen 35 Joko Tole yang memberontak pada Belanda di pulau tersebut. Belanda yang dibantu pasukan Cakra (pasukan pribumi madura) kerap berhadapan dengan pasukan siluman tersebut. Meski tidak semua pasukan resimen 35 Joko Tole ini memiliki senjata Clurit, namun kerap terjadi pertarungan antara pasukan Cakra dengan resimen 35 Joko Tole ini kedua belah pihak sudah ada yang menggunakan senjata Clurit, meski hanya sebatas senjata ala kadarnya.

Disain clurit yang sekarang ini kita lihat merupakan disain dari peristiwa Bere’ Temor (barat-timur) yang menghebohkan ditahun 1968 hingga 80-an. Pada masa ini disain clurit mulai dikenal dengan berbagai bentuk. Mulai dari Bulu Ajem, Takabuan, Selaben hingga yang lainnya. Dan pada peristiwa tersebut Clurit mulai jadi kemoditi bagi masyarakat Madura.


Pergeseran Budaya Carok

Dewasa ini Carok yang dilakukan oleh saudara-saudara  Madura telah bergeser. Jika dahulu merupakan duel hidup mati dan bisa menyambung terus pada keturunannya hingga ke 7, maka sekarang ini Carok dilakukan secara pengecut. Beberapa kasus yang terjadi justru timbul dengan alasan yang tidak masuk akal. Hanya karena carger poncelnya dihilangkan, seorang saudara sepupu tega membunuh kakaknya dengan keroyokan(bolodewo-surabaya 12/1/2008). Gara-gara adiknya digoda tetangga, seorang kakak membunuh tetangganya dari belakang (Arimbi-surabaya1999). Gara-gara istrinya yang sudah dicerai 4 tahun silam kawin dengan temannya, mantan suaminya mengeroyok suami istrinya tersebut bahkan membunuh sang mantan istrinya (nyamplungan-surabaya 1993).

Carok yang terjadi sekarang berbeda dengan Carok pada masa kejayaannya. Carok yang dilakukan sekarang sistimnya keroyokan yang tidak berimbang. Kadang 1 lawan 3 atau 1 lawan 5. Celakanya lagi carok sekarang kebanyakan menggunakan pembunuh bayaran yang rela masuk penjara atas nama uang yang cuman Rp 100.000,-.. Contoh lagi yang sangat menggemparkan terjadi di tahun 2005 di desa Galis. Ramai tersiar kabar pembunuhan massal karena kalah jadi calon lurah.

Yang membuat esensi Carok menjadi terlihat pengecut justru terjadi apabila yang membunuh masuk penjara, maka yang akan menjadi incaran pembunuhan pihak korban adalah anaknya yang masih usia belasan atau saudara lainnya yang masih ada hubungan darah meski jauh. Dan ini kerap terjadi. Sekarang seorang tewas, maka dalam tempo 5 jam saudara atau keluarga pihak yang membunuh akan tewas dibantai di tempat lain. Karena itu tak jarang apabila seseorang telah melakukan pembunuhan pada orang lain, yang was-was justru keluarga lainnya, karena takut dibantai pula.

Tamperamental watak suku Madura yang keras dengan kondisi pulau yang panas, hampir penuh dengan perbukitan batu gamping dengan kontur tanah yang nyaris tandus dan sedikit sumber mata air, jelas mempengaruhi kondisi fisik maupun watak keras suku ini. Meski tidak semuanya demikian, namun hampei rata-rata berwatak keras dan bersuara lantang kadang suka ngomong yang ngawur.

Omongan inilah yang kerap jadi pemicu terjadinya Carok. Contoh kasus yang terjadi di Jakarta pada tahun 2006. Seorang Madura yang ditagih uang kontrakannya justru menjawab dengan “nanti saya bayar dengan clurit” membuat tuan rumah geram dan membantainya dengan 16 tusukan dan tewas seketika. Ini semua merupakan awal dari carok.

Meski iklim pesantren cukup membuat suasana watak suku Madura dingin, namun hal itu tak bertahan lama. Karena rata-rata para tokoh agamawan di Madura cenderung diam bila bicara soal harga diri. Hampir 90% masyarakat Madura memilih anaknya untuk di pondokkan ke pesantren ketimbang disekolahkan. Hal ini menurut beberapa sumber juga jadi penyebab tingkat pendidikan yang kurang menimbulkan pikiran pendek masyarakatnya. Tak jarang beberapa tokoh agamawan memberikan semacan azimat atau ijazah kepada mereka untuk keselamatan, celakanya yang terjadi justru adalah keselamatan bagi pembunuhnya bukan bagi target yang akan dibunuh.

Namun demikian, sekarang ini seiring dengan intelektual masyarakat madura yang mulai banyak mengerti karena berpendidikan tingga, menjadikan Carok mulai pudar sedikit demi sedikit. Carok yang awalnya bukan budaya Madura, kemudian bermetamorfosa dengan kondisi dan menjadi lekat dengan tradisi Madura, kini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan oleh generasi mudanya.


Oto’-Oto’ Sarana Mencari Saudara yang Mimbingungkan

Tingkat pendidikan masyarakat Madura memang dipandang sebagai pemicu utama munculnya Carok yang tidak berkesudahan. Hal ini terbukti di daerah Sumenep. Nyaris masyarakat Madura di daerah ini yang merupakan pusat keraton Sumenep pada masa kerajaan Pajajaran, Tumapel hingga Majapahit tidak terdengar soal perselisihan yang mengakibatkan carok. Di Sumenep rata-rata masyarakatnya memiliki pendidikan yang tinggi disamping pengetahuan agamanya yang merupakan wajib dan harus dikuasai. Tingkat kematian atas nama carok didaerah tersebut nyaris tak ada. Asumsi beberapa ahli kriminalitas mengatakan dan berpendapat sama soal yang satu ini. Meski sama-sama suku Madura, namun orang Sumenep jauh lebih modernt ketimbang daerah lainnya.

Ada budaya lain yang pada awal berdirinya merupakan cara saudara-saudara Blater Madura untuk mengurangi pembunuhan tersebut, yakni Oto’-oto’. Sejenis kumpul-kumpul atau perkumpulan dalam rangka mengumpulkan saudara satu kampung yang diisi dengan acara saling membantu satu dengan yang lain lewat sumbangan duit semacam arisan yang merupakan pengikat dari kumpulan ini.

Pada awalnya budaya ini cukup topcer dan mampu meredam Carok. Karena apabila terjadi carok antara satu dengan yang lain, atau antara desa satu dengan yang lain, maka masing-masing tetuah blateran dari otok-otok tersebut akan berkumpul dan bermusyawarah untuk mencari penyelesaian soal carok tersebut. Dan terbukti banyak bermanfaat.

Sayangnya kegiatan ini kemudian bergteser dan bahkan terkadang muncul permasalahan baru. Yakni bagi mereka yang punya utang dari arisan tersebut, bisa timbul carok. Dan ini terjadi dibeberapa kasus. Bahkan tak jarang dari anggota tersebut kemudian kabur menjadi TKI. Celakanya lagi, sang tetuah yang mestinya sebagai penengah, akan ikut-ikutan memburu anggota yang mangkir tersebut. Inilah yang kemudian membingungkan. Karena yang berkembang kemudian, perkumpulan tersebut bukan sebuah ajang yang baik dan bisa jadi penengah, namun justru sebaliknya menambah permasalahan baru.

Kaum Blateran juga turut mewarnai politik kepemimpinan di tanah Madura. Hingga ada istilah yang jadi Klebun/Lurah itu harus dari kalangan Blater, kalau tidak maka akan banyak maling. Namun kenyataannya meski kalangan Blater yang menjadi lurah didesa tersebut, masih banyak yang terjadi maling-maling sapi di desa tersebut.

Banyak klebun Blater tersebut justru sibuk dengan remoh/oto’-oto’ dengan blater lainnya sehingga malas mengurus desanya. Bahkan yang paling parah justru terjadi sebagian lurah memelihara maling sapi untuk mencari keuntungannya sendiri.

Dewasa ini kaum blateran sudah mulai sedikit dan lurah dari kaum blateran sudah mulai terkikis. Hal tersebut terjadi oleh karena tingkat pendidikan mereka yang kini mulai memadai. Selain itu peraturan seorang lurah yang harus lulusan SLTA cukup mendongkrak kredibilitas lurah Madura.

Carok Madura Sakera Madura
Sakera Madura

Sistim Pertarungan Ala Carok Madura

Bicara sistim pertarungan ala carok Madura dibutuhkan satu penelitian yang cukup panjang dan melelahkan. Tak hanya penggalian data dari nara sumber yang pernah terlibat langsung, namun juga harus menggali secara langsung kejadian-kejadian di TKP. Sepanjang penelitian yang dilakukan oleh lembaga CV, sistim pertarungan ala carok dewasa ini adalah sebagai berikut :

  1. Mereka akan melakukan satu permainan keroyokan 1:3 atau lebih.

  2. Mereka akan memancing lawannya dengan tusukan pisau cap garpu dari depan. Kadang sengaja untuk ditangkap namun kemudian diperkuat agar saling dorong hingga lawan lengah kadang pula memang ditusukkan secara sungguh-sungguh

  3. Sementara dari belakang bersiap yang lainnya untuk melakukan bacokan mematikan dengan clurit atau calok.

  4. Mereka juga mempersiapkan dan melengkapi dengan berbagai ritual dan azimat dari para kyai.

  5. Yang paling sering adalah bacokan langsung dari belakang kepada lawannya yang sedang lengah.

  6. Nyaris dan sangat jarang terjadi pertarungan carok sistim duel satu lawan satu.

Oleh:
Mas Mochamad Amien: Pengasuh Pencak Silat Madura | CHAKRA-V MMA STYLE sekaligus pemerhati Budaya Madura, Ilustrasi by: gilasih.blogspot.com
http://www.tretans.com/

Sabtu, 29 September 2012

BPWS |Tahukah anda????|

0 komentar

Ketika anda melewati Jembatan Suramadu , anda akan melihat sebuah kator yang berplakatkan BPWS. Tapi tahukah anda apa tiu BPWS? nah BPWS adalah Badan Pelaksana BPWS (Bapel BPWS), sesuai dengan amanah Perpres 27 Tahun 2008 yang kemudian diperbarui dengan Perpres 23 Tahun 2009 , memiliki tugas dan fungsi untuk melaksanakan pengelolaan, pembangunan dan fasilitasi percepatan kegiatan pembangunan wilayah Suramadu. Kegiatan pengelolaan dan pembangunan infrastruktur wilayah yang dilaksanakan Bapel BPWS dilaksanakan di 3 (tiga) kawasan, yaitu Kawasan Kaki Jembatan Sisi (KKJS) Surabaya (600 Ha), Kawasan Kaki Jembatan Sisi (KKJS) Madura (600 Ha) dan kawasan khusus di Utara Pulau Madura (600 Ha). Kawasan Kaki Jembatan Sisi Surabaya (KKJSS) dan Kawasan Kaki Jembatan Sisi Madura (KKJSM) dikembangkan untuk mendorong perkembangan ekonomi, sedangkan kawasan khusus di Utara Pulau Madura untuk pengembangan kawasan Pelabuhan Peti Kemas. Selain melaksanakan tugas dan fungsi di atas, Bapel BPWS juga bertugas untuk stimulasi pembangunan infrastruktur untuk wilayah Suramadu secara keseluruhan. Dalam hal ini Bapel BPWS melakukan koordinasi perencanaan dan pengendalian pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan Kementerian/LPNK lain, pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), maupun swasta/masyarakat di wilayah Madura. nah berikut ini adalah salah satu Fungsi dari BPWS. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah Suramadu, bahwa tujuan pengembangan wilayah Suramadu adalah optimalisasi percepatan pengembangan wilayah Suramadu, sehingga dapat berperan sebagai pusat pengembangan wilayah Jawa Timur, berdasarkan Pasal 12 Perpres Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah Suramadu, Bapel BPWS melaksanakan tugas: Menyusun rencana induk dan rencana kegiatan pengembangan sarana dan prasarana serta kegiatan pengembangan wilayah Suramadu Melaksanakan pengusahaan Jembatan Tol Suramadu dan Jalan Tol lingkar Timur Surabaya (Simpang Juanda – Tanjung Perak) melalui kerjasama dengan badan usaha pemenang lelang pengusahaan jembatan tol dan jalan tol dimaksud Melaksanakan pengusahaan pelabuhan petikemas di Pulau Madura Membangun dan mengelola : Wilayah Kaki Jembatan Surabaya – Madura, yang meliputi : Wilayah di sisi Surabaya ± 600 Ha (enam ratus hektar) Wilayah di sisi Madura ± 600 Ha (enam ratus hektar) Kawasan khusus di Pulau Madura seluas ± 600 Ha (enam ratus hektar) dalam satu kesatuan dengan wilayah pelabuhan petikemas dengan perumahan dan industri termasuk jalan aksesnya Menerima dan melaksanakan pelimpahan sebagian wewenang dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah Menyelenggarakan pelayanan satu atap untuk urusan perizinan di wilayahSuramadu Melakukan Fasilitasi dan stimulasi percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat Jawa Timur, antara lain dalam Pembangunan jalan akses menuju Jembatan Tol Suramadu, baik di wilayah sisi Surabaya maupun di wilayah sisi Madura Pembangunan jalan pantai utara Madura (Bangkalan – Sumenep) Pembangunan jalan lintas selatan Madura (Bangkalan – Sumenep) Pembangunan jalan penghubung pantai utara Madura dengan lintas selatan Madura Pembangunan infrastruktur perhubungan antar wilayah kepulauan Pengembangan sumber daya manusia dalam rangka industrialisasi di Pulau Madura Penyediaan infrastruktur air baku, air minum, sanitasi, energi, dan telekomunikasi di wilayah Suramadu Melakukan tugas lain terkait dengan pengembangan wilayah Suramadu yang ditetapkan lebih lanjut oeh Dewan Pengarah.

Sabtu, 15 September 2012

SANtRI KERACUNAN | Sekitar 750 Santri Pondok Pesantren Syaichona Kholil Bangkalan|

0 komentar
Sedikitnya 750 santri di Pondok Pesantren Syaichona Kholil , Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Jumat (14/9) malam keracunan.

Ratusan santri kini dirujuk ke Rumah Sakit Daerah Syarifa Ambami Rato Ebu, Bangkalan, dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan.

Ikhsan, salah seorang pengurus pondok pesantren, menuturkan, ratusan santri diketahui mengalami gejala keracunan sejak Jumat pagi.

"Mereka mengaku pusing-pusing dan mual," katanya menjelaskan.

Semula, kata dia, jumlah santri yang keracunan hanya beberapa orang saja, namun hingga Jumat siang jumlahnya terus bertambah dan menimpa semua santri yang ada di pondok itu, sehingga para pengurus pondok memutuskan mereka dirujuk ke rumah sakit saja.

Hingga Jumat malam proses evakuasi santri dari pondok pesantren ke rumah sakit masih berlangsung.

Sebagian santri menduga, penyebab keracunan adalah nasi bungkus yang mereka santap seusai salawatan di pesantren, Kamis (13/9) malam.

Menurut dokter jaga di rumah sakit, dr Alfian Nur, dilihat dari gejalanya, ratusan santri memang keracunan.

"Tindakan pertama yang kami lakukan adalah memberikan cairan, karena rata-rata santri yang dirujuk kesini kekurangan cairan, akibat sering muntah dan buang air besar," kata Alfian menjelaskan.

metronews.com

Selasa, 11 September 2012

Arti Lambang Kabupaten Bangkalan

0 komentar


LAMBANG- atau pun logo suatu daerah memiliki banyak arti dan filosofi, berikut ini kami mereview Lambang Kabupaten Bangkalan semoga bermanfaat.

Lambang Daerah Kabupaten Bangkalan ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1971. Lambang Daerah melukiskan suatu keadaan daerah Kabupaten Bangkalan sebagai salah satu daerah di Pulau Madura, yang mempunyai ciri-ciri khas sendiri adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Arti Lambang Kabupaten Bangkalan

PERISAI :
Bentuk bunga teratai bersudut lima sebagai lambang kesetiaan penuh kepada Pancasila dan sifat Kesatriaan, Keagungan, Persaudaraan dan Relegius dari masyarakat daerah Kabupaten Bangkalan.

BINTANG KUNING EMAS :
Sebagai lambang segala langkah perjuangan masyarakat selalu dipedomani keparcayaan yang mendalam Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

SEBUAH SENJATA MANGGALA dan SENJATA CAKRA :
Sebagai lambang jiwa kepahlawanan dalam menentang penjajah dahulu selalu diwarisi oleh generasi-generasi selanjutnya dalam mempertahankan tegaknya Negara Republik Indonesia yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.

LAUTAN :
Sebagai tanda bahwa Daerah Kabupaten Bangkalan sebagai bagian dari Pulau Madura yang dibatasi oleh lautan dari tiga arah, sebagai lambang dari kearifan dan kebijaksanaan yang dalam, serta kelapangan dada dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban.

PANAH, ANAK PANAH dan BUSURNYA :
Sebagai lambang kemauan yang keras dalam perjuangan menuju masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan Proklamasi 17 Agustus 1945.

API KONANG :
Sebagai lambang semangat yang tidak kunjung padam dari rakyat Daerah Kabupaten Bangkalan, dikenal sebagai daerah yang aktif membantu suksesnya pembinaan persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan melalui forum olahraga (GANEFO I).

UNTAIAN BUNGA KAPAS : Sebanyak 17 (tujuh belas) butir dan

UNTAIAN PADI : Sebanyak 45 (empat puluh lima) butir

SESANTI CIPTA INDRA CAKTI DHARMA :
Yang berarti bahwa segala karya dari manusia hanya dapat terwujud dengan baik apabila mendapat Ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber Musium Cakaningrat

Sabtu, 08 September 2012

" SURAMADU BRIDGE " New Economic Revolution In Madura

1 komentar


DEVELOPMENT longest inter-island bridge in Indonesia Surabaya-Madura (Suramadu) will accelerate economic development in Madura, which has been isolated.
Suramadu will accelerate the economic development of the isolated Madura, said Advisor to the National Development Planning Agency (BAPPENAS) Ngakan Putu Miharjana, Madura Development discussion Suramadu with Post-Development Executive Forum Alumni Association Institute of Technology Nopermber, in Jakarta, Saturday (6 / 6).
However, it did not create the economic infrastructure, only help accelerate that potential can be realized. Especially relevant as a bridge transportation will reduce transport costs, improve productivity, and economic movement in the region cheaper. Moreover, it could help to explore potential of local-pontensi from Surabaya to Madura and vice versa.
According to him, a huge potential in the sector Madura is a tobacco plantation and natural resources such as gas oil. The use of land for industrial areas will occur, because in Surabaya very crowded and expensive so if shaped area of ​​the industry is difficult. So the development of the industry that can flow into the Madura with formation of an industrial area.
Longest bridge is the longest in Indonesia, which is about 5.4 kilometers built with construction costs Rp 4, 528 trillion sumebr funds from the state budget / budget and bilateral loans from China.
He added that a region whose economy is not so great as Surabaya Madura and connected with the area's economy is developed so that dikonsuldasi money advanced. Because of the advanced already have some keunggalan its resources more fully.
Once they are up and saturated the new shift to the side or Madura, unless the government intervenes, if released to the market mechanism will look for a more lucrative.
According to him, it is theoretically predicted that sightseeing and shopping sector is moving faster it Surabaya. Construction of the bridge, the government has to calculate the potential in Madura, and other possibilities for the development of Surabaya is limited by geography so as to bridge the industry is expected to shift to Madura.
However, the development of industrial areas in need of some factors first capital, human resource is ready for industrialization.
Therefore, it is expected with the construction of longest bridge or open Madura insulation will benefit from the economic aspect. They worry about the negative impacts after the bridge, but socio-economically more positive.
According to him, there are certain aspects of the environment and the changes will be the concentration of the new world. In addition, the construction of longest bridge thankfully does not fall on the land productive so there is no conversion.
Alluding to the spatial conditions in the area related to the Madura longest bridge, he said, there should be further examination, as it would have a change of activity centers in industrial areas.
There should be a balance between the two acceleration region, because it was feared if not planned carefully sat down with the Surabaya-Madura, will be far away.
Still lacking
Meanwhile, experts Statistics Tenth of November Institute of Technology (ITS) Surabaya, Kresnayana Yahya, said the road infrastructure is less of a problem in Madura, resulting in less support the development of the area.
Problem in Madura about road infrastructure, it is necessary for spatial assessment again in the area, said Kresnayana.
According to him, due to the infrastructure is still lacking, so that the cost in higher and Madura many poor people.
Madura has as many as 14 million people, but only four million are still living and others are not at home and prefer to migrate to other areas.
Four districts in Madura, namely Bangkalan home to about one million people, approximately 414,000 inhabitants Sampang lives of the poorest areas compared to other districts so that they wander a lot. Lacquer Society was the most outside Madura, because economic conditions are very low, he said.
In addition to roads, Madura in the Dutch, many teak forests, but now it is gone. There are 14 rivers disappear and vegetation and entire stands of teak gone.
Since the tree is not there so a few million cubic meters of water contained in the soil in Madura is now missing, as well as the Advisory Board Krenayana Madura .

pulaumadura.com

Rabu, 05 September 2012

" Madura Island " In English Review

0 komentar


Madura madukara derived from the word, the name of a god who was riding the cow which is jelamaan of the god Vishnu. Madukara was formerly deserted island without masters, mostly barren land into fertile top of dexterity and patience daughter Ayu Koneng government.
Putri Ayu Koneng Hindu. He likes to meditate and eat leaves and fruits. While the drink is made of turmeric and ginger seruas thumb that are put together. One time during the period of his hermitage, the princess dreamed of meeting the deity Vishnu, who gave him the gift of a baby in the womb Princess Koneng, This then makes him restless and agitated. Pregnant without a husband is a disgrace for him. He thought if the pregnancy was heard by the king, who was also his father the king bracelets. When hearing her pregnancy, the king became angry. In fact he did not want to know that the innocent is not his daughter. Kingdom bracelets itself is located in an area that remit includes Lamongan Gresik, Tuban, Edge Galuh (Surabaya). With the persuasion of the empress, then luluhlah heart of the king. Then the king said to his daughter was ostracized from his realm.
"O commander!," Cried the king. "I titahkan you brought my daughter out of the bracelets. And do not let her pregnancy was heard by my people, and then you come back to me "command of the king on his guard. After a long the way, on the edge of a beach the commander and the deputy saw the island of homeless. It was there and then the princess exiled.
But the commander felt sorry for the princess. Commander of the king's maker. In fact he brought his relatives to accompany the princess on the island. Princess koneng island Madukara name is none other than an adored figure of the god Vishnu. However, due to the tongue of the rigid at that time, the name madukara to Madura. Gradually, as many people who feel Ibah hello to the princess, many hijras people to the island. There juaga new pedatang from china and india live in pualu it!, The princess of land dividing the island of Madura with the commander. Bangkalan ground commander is empowered to become duke Bangkalan, daughter koneng build his empire in lacquer with royal names Nepa!. In rainy season the daughter entered the race racing cows pull a plow. This is a surefire way to enrich the soil and after the new land planted with rice, corn, etc..
Competition cow racing, then became a tradition of the nobility Madura. In its heyday, Nepa empire extending his rule until Situbondo, Bondowoso, Jember, Lumajang, and partly with the help of Duke Bangkalan Probolinggo. At one time royal bracelets attacked by other kingdoms. And sent the commander to ask for help Nepa king awareness bracelets.
How was royal Nepa still has blood kinship. And with the help of the king of Nepa, royal bracelets can be maintained. Coming home from the war arena, King Nepa thinks otherwise, he has big plans to seize the rings. because he think with that he was more right than his uncle on the royal power. Sounds like another bersautan, with the vibrant spirit of the army be established desire to conquer the king of kings bracelets. Bertambahlah Nepa power to Tuban, Lamongan, Gresik.
Not long from the rule in these bracelets, with the help of another royal uncle King Nepa behind the attack. Feeling stuck and tired army, knew that he would lose against his uncle. The king Nepa asked the guards to rescue the royal family to the area Sumenep. He also asked if there was news that he had died on the battlefield, the Queen and the royal guards immediately burn istanah Nepe. This has become the philosophy of the Madurese who reads "bone white better than the white of the eye." Nepa End of empire is estimated to occur in the year 1266.
Madura is the name of the island located in the northeast of East Java. Madura magnitude approximately 5250 km2 (smaller than the island of Bali), with a population of about 4 million people.

Location Madura Island
Madura is divided into four districts, namely:
1. Bangkalan
2. Sampang
3. Pamekasan
4. Sumenep
This island includes the province of East Java and has a number of motor vehicle itself, the "M".
History
Politically, Madura for centuries been a subordinate local authority based in Java. Around AD 900-1500, the island was under the influence of the eastern Javanese Hindu kingdom of Kediri, Singhasari, and Majapahit. In between 1500 and 1624, the rulers of Madura to some extent dependent on the Islamic kingdoms in the north coast of Java, like Demak, Gresik and Surabaya. In 1624, Madura conquered by Mataram. After that, the first half of the eighteenth century Madura under Dutch colonial rule (from 1882), first by the VOC, then the Dutch East Indies government. At the time of the division of the province in the 1920's, Madura became part of the province of East Java.
Economy
Overall, including Madura one of the poorest in the province of East Java [2]. Unlike Java, Madura soil less fertile enough to be used as a farm. Other limited economic opportunities has led to unemployment and poverty. These factors have resulted in long-term emigration of so many current Madura Madurese people do not live in Madura. Residents Madura including most transmigration program participants.
Subsistence agriculture (small scale to survive) is the main economic activity. Maize and cassava are the main crops in subsistence agriculture in Madura, scattered in many small holdings. Cattle are also an important part of the agricultural economy of the island and provide additional income for family farmers is important for activities other than karapan cows. Small-scale fisheries are also important in the subsistence economy there.
Crop cultivation is the most commercially in Madura tobacco. Land on the island of Madura, as this helps to make important producer of tobacco and clove cigarettes for the domestic industry. Since the Dutch colonial era, Madura has also become a major producer and exporter of salt.
Bangkalan located at the western end of Madura has undergone industrialization since the 1980s. The area is easily accessible from Surabaya, Indonesia's second largest city, and thus plays a suburb for commuters into the city, and as an industrial location and services needed close to Surabaya. Longest bridge that has been in operation since June 10, 2009, is expected to increase interaction with the regional economic Bangkalan area.
Culture
Madura is famous for its culture Karapan cow.

Karapan cows in Pamekasan, Madura.

List of figures Sakera

Sakera is a born fighter legend Bangil in Pasuruan, Indonesia. He fought against Dutch colonialism around the beginning of the 19th century. Sakera sadalah a local hero, who defied a dictator Dutch Bangil sugar plantation in the area. Sakera whiz-whiz as well as other areas Dutch captured after being betrayed by one of his own. He was buried in the Bekacak, Village Kolursari, the area south of the town Bangil. Madura bloody hero legend is very popular in East Java.
Sakera was a hero who was born in the village Raci Bangil City, Pasuruan, East Java, Indonesia. He fought against Dutch colonialism in the early 19th century. Sakera sadalah a local hero against the Dutch colonialists in sugarcane plantations Mas Bangil hare. Bangil bloody hero legend is very popular in East Java and Madura especially in Pasuruan.
History Sakera


Sakera real name Sadiman who works as a foreman at a sugar plantation owned sugar mills Mas Bangil deer. He is known as a foreman for a kind and very concerned about the welfare of the workers to dubbed Mr. Sakera. One day after the milling season is finished, the sugar factory requires a lot of new land to plant sugar cane. Because the interests of the Dutch company's ambitious leadership wants to buy plantation area-wide with cheap-price murahnya.Dengan cunning way the Dutch were ordered to strip Apex can provide new land for the company in the short term and cheap, and by promising raise the expectations of wealth and riches to strip Apex willing to fulfill that desire. Carik Apex uses violent means to the people of the land sought for the company. Sakera see this injustice try always to defend the people and the many failed attempts to strip Rembang. Carik Rembang report this to corporate leaders. Corporate leaders angry and sent his deputy Mark to kill Sakera. One day at the plantation workers were resting, Markus angry and punish the workers as well as challenging Sakera. Sakera that a report it is angry and kill Mark and guard in the garden cane. Since then Sakera become fugitives Dutch Government. Once when Sakera visiting his mother's house, where he was beaten by police and Dutch Rembang strips. Because the mother was threatened with death Sakera then Sakera ahirnya surrender, Sakera Bangil in jail. Torment by Dutch police torture to Sakera every day. for jailed Pak Sakera always missed by family at his home, Sakera have a very beautiful wife named Marlena and a nephew named Brodin. Unlike Sakera with big hearts, Brodin is a mischievous boy who likes to gamble and secretly eyeing Sakera wife Marlena. Brodin repeatedly attempted to close to Marlena. While there Sakera prison, Brodin managed affair with Marlena. When the news reached the ears Sakera Sakera angry and escapes from prison. Brodin was killed Sakera. Then Mr. Sakera revenge is consecutive, starting Carik Rembang killed, followed by a purge officials who extort people's estates. Even the police chief Bangil was hacked by hand with his trademark weapon 'sickle' when trying to catch Sakera. By the devious Dutch police also went to a friend seperguruan Sakera named Aziz to seek Pak Sakera weaknesses. With the lure of riches will be rewarded by the Dutch Government in Bangil Aziz Sakera trap by holding tayuban, knowing Sakera most happy event tayuban Sakera finally was caught and overpowered knowledge degan punch [[bamboo lear]]. Again, the Dutch succeeded Mr. Sakera mernangkap back later tried by the Government and it was decided to Bangil hanged. Sakera fall Bangil hanged in prison and he was buried in Bekacak, Kolursari Village (the area south of the city Bangil).
TRADITIONAL MUSIC (MADURA) Daul'' UL''



There stroller, kenong, gongs, drums, flute, barrels, and other traditional musical instruments. In each instrument, one man stood drummers that number could reach twenties whole people or more. Each instrument is mounted on a stroller that has a variety of shapes and colors. And those who stood menabuhnya walk in the stroller with the hole at the bottom. That music Ul Daul, new music typical of Madura.
Certainly no one knows when Ul Daul was formed and where it originated where original music, whether or Sumenep Pamekasan. Music is known only emerging five years. Starting from the street music group whose activities are waking people at night, especially in the month of fasting.
Subsequent developments, the instruments used and start growing improved with a better design. First, as a musical instrument drum bass work, the material used plastic container barrels of fish fed ex truck tire rubber. While kenong that have sound gerincing made from the cut sheet metal and arranged in hollow logs. Other tools such as a hollowed bamboo drums a bit on the side.
At first the music was not using a stroller. The musicians bring their own instrument. However, since a few years ago made the train but to also increase the ease of this exotic percussion. The design is diverse, ranging from dragons, peacocks, chickens ranged, and others. Exoticism stroller is growing as the drummer wearing uniforms. Uniforms were selected from typical local color elements, such as custom clothing and dress Sakera.
Music is usually performed on festive occasions such as mantenan, circumcision, khotmil qur'an, celebration increases class, Agustusan, and so on. Not only in Madura music also appeared in an official ceremony in the state as well as several events abroad. Yes, despite emerging yet been able to go international.
Daul Ul characterized, music and of course the smart stroller. So, some time ago Pamekasan want to patent this music as one of the musical wealth of the typical Madura. Today, the number has Daul Ul music very much. They are mostly spread in three districts, namely Sumenep, Pamekasan and Sampang. The emergence of these groups are supported by the growing proliferation of pilot events that melombakan music.
To be able to watch Ul Daul people have to spend a sum of around Rp. 1-1.5 million.
Prominent Origin Madura
Prominent Legend
Adi Poday, Panembahan Blingi second son, Ario Palangjiwo holds a legendary figure who likes to meditate and do spiritual marriage with Potre Koneng and dkaruniai two children namely Jokotole and Jokowedi
Potre Koneng, aka Goddess Saini grandson of Prince Bukabu in Sumenep
Jokotole first child and marriage Adi poday Potre koneng found white bulls were fed in a cowshed belonging MPU Kelleng who eventually became his stepfather. The place where there is a cowshed later became the name of this village in the Village Pekandangan daesah.
Jokowedi
Kelleng MPU, a blacksmith from the village Pekandangan District Bluto Sumenep
Sakera: is a local hero, who defied a dictator Dutch Bangil sugar plantation in the area, which was eventually sentenced to death by the colonial Dutch.
Trunojoyo
To the vanished
Prominent kingdom
Central Prince 1592-1621. Brother of:
Prince Mas 1621-1624
Prince Praseno prince Ningrat I Tjokro in 1624-1647. Children of Central and father of:
Prince Tjokro in Ningrat II 1647-1707, Panembahan 1705. Father of:
Raden Temenggong Sosro in Ningrat Prince Tjokro in Ningrat III 1707-1718. Brother of:
Raden Temenggong Suro in Ningrat Prince Tjokro Ningrat IV in 1718-1736. Father of:
Raden Duke Sejo Adi Ningrat I Panembahan Tjokro in Ningrat V 1736-1769. Grandfather of:
Raden Duke Sejo Adi Ningrat II Panembahan Duke Tjokro in Ningrat VI 1769-1779
Duke Panembahan Tjokro in Ningrat VII 1779-1815, Sultan 1808-1815 Bangkalan. Children of Tjokro in Ningrat V and Father of:
Tjokro in Ningrat VIII, Sultan Bangkalan 1815-1847. Brother of:
Panembahan Tjokro in Ningrat IX, Sultan Bangkalan 1847-1862. Father of:
Panembahan Tjokro in Ningrat X, Sultan Bangkalan 1862-1882.
Raden Aria Wiraraaja: is: Founder of work Majapahit
Prominent Ulema / Kyai
KH.Syaikhona Kholil: NU founding principal architect Madura cleric, the late Syaikhona Kholil Bangkalan. Syaikhona Kholil a teacher NU clerics since the first batch Hadratus cleric Shaykh As'ad Hasyim to Syamsul Arifin.
Kiai Pragalbo Th .... -1531. Father of:
Kiai Pratanu Panembahan Weak Duwur 1531-1592. Father of: Central Prince 1592-1621. Brother of Prince Mas 1621-1624
Tidjanie KH Ahmad Jauhari, Secretary Rabithah Al-Alam Al-Islami, Mecca is also Chairman of Al Amin Madura Boarding Schools
KH Alawie, chaplain of Sampang
KH. Bahaudin Mudhary, East Java MUI chairman, author of the book Dialogue Divinity of Jesus
KH. Badrie Masduki, NU leaders
Heroes of Madura
PangeranTrunojoyo
Abdul Halim Perdana Kusuma (born in Sampang, Madura, 18 November 1922)
 Prominent Officials of the Republic of Indonesia
Mahfud, MD, Prof. : Chairman of the Constitutional Court
Hadi Purnomo: Chairman of the Board Audit
Herman Widyananda, DR. SE., M.Sc.: Vice Chairman of the Board Audit
Official figures Kabibinet Minister of the Republic of Indonesia
Soemarno Sosroatmodjo for the period 1960 - 1964 and 1965 - 1966, the Minister of the Interior and the Governor of Jakarta:
Rachmat Saleh: Trade Minister
Wardiman Joyonegoro, Prof.DR.Ing. Minister of Education and Culture
R.Hartono, Interior Minister General
Djamaludin Suryohadikusumo, Minister of Forestry
Nur Mahmudi (MCC Chairman), the Minister of Forestry
Ministerial Leaders
Rahmat Saleh: Governor of Bank Indonesia
Majid: Chairman BPS RI
Soedjono Chanafiah Atmonegoro, SH: Attorney General
Figures as Governor
Moch.Noer: Governor of East Java
Soemarno Sosroatmodjo: Jakarta Governor
Prominent in the Military
R.HARTONO, Chief of Staff of the Army (Army Chief of Staff)
Muhammad Arifin, Chief of Naval Staff (KSAL)
Hanafie Asnan, Chief of Staff of the Air Force (KSAU)
Banurusman, Chief of Police (Chief National Police)
Roesman Hadi, KAPLRI
Arie Sadewo, Army Gen., Deputy BIN
Leaders in the World of Education and Research
Ichlasul Amal, Rector of Universitas Gadjah Mada
R. Achmady, Rector of UB (Ichlasul sister Amal)
Afnan Troena, UB Rector
HR Soedarso Djojonegoro, Rector of the State University of Airlangga
M.Iksan Semaoen, Madura State University Rector Tronojoyo
Nurcholish Madjid, Cak Nur (father Bangkalan Madura), Chancellor and Founder Paramadina University
HM Rachimoellah, Professor at the Institute of Technology, November Surabaya:
Mien Ahmad Rifai, Professor of IPB, inventor of more than 100 New Plants) Expert Mr. Mushroom Indonesia (principal investigator)
Iwan Azis Djaya father Aziz, owner Surabaya Post
Iwan Jaya Azis, Professor and Director of the Graduate at Cornell University
Syairul Alim, Professor of Physics College of Gajah Mada
Riswandha Imaw, Professor of Political Science, University of Gajah Mada
Mochtar Mas'ud, Professor of Economics UGM
Educate Junaidi Rachbini, Prof.DR, an economist and politician PAN:
Faisal Ismail, Professor IAIN Yogyakarta and Ambassador in Kuwait
Latif Wiyata (CERIC Univ. Jember - Cultural Anthropologist Madura)
 Prominent Culture / Artists Madura
Abdul Hadi, WM
Kadarisman Sastrodiwiryo
D. Zawawi Imron (sickles Gold)
Sahid Kelana (father Handa Band The Big Kid, Imaniar brothers) Artist Trumpets Madura received his death
Adrian Pawitra, dictionary maker Madura to Indonesian and Indonesian to English Madura
Agus Hadi Sudjiwo / better known Sudiwo Tejo, (born in Jember, East Java, August 31, 1962 Descendants of Madura based personal recognition, many people in this area maduranya)
D Jamal Rahman, Chief Editor of Magazine Culture Horison

by Roostien Ilyas & Yusuf Rizal
Translated by pulaumadura.com

Selasa, 04 September 2012

Suramadu Percepat Perkembangan Ekonomi Madura

0 komentar
PEMBANGUNAN jembatan antar-pulau terpanjang di Indonesia Surabaya-Madura (Suramadu) akan mempercepat perkembangan perekonomian di Madura yang selama ini terisolasi.
Suramadu akan mempercepat perkembangan ekonomi Madura yang terisolasi, kata Staf Ahli Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bapenas) Ngakan Putu Miharjana, acara diskusi Pengembangan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu bersama Forum Eksekutif Ikatan Keluarga Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopermber, di Jakarta, Sabtu (6/6).
Namun, infrastruktur tidak menciptakan ekonomi, hanya membantu mempercepat supaya potensi bisa direalisasikan. Terutama terkait transportasi seperti adanya jembatan akan menurunkan biaya transport, meningkatkan produktifitas, dan pergerakan ekonomi di daerah itu lebih murah. Selain itu, bisa membantu untuk menggali pontensi-pontensi lokal dari Surabaya ke Madura begitu juga sebaliknya.
Menurut dia, potensi Madura yang besar di sektor perkebunan adalah tembakau dan sumber daya alam seperti minyak gas. Pemanfaatan lahan untuk wilayah industri akan terjadi, karena di Surabaya sangat padat dan harganya mahal sehingga kalau dibentuk daerah kawasan industri sudah sulit. Sehingga perkembangan industri itu bisa mengalir ke Madura dengan terbentuk kawasan industri.
Jembatan Suramadu merupakan terpanjang di Indonesia yakni sekitar 5,4 kilometer dibangun dengan biaya kontruksi Rp4,528 triliun sumebr dana dari APBN/APBD dan pinjaman bilateral dari China.
Ia menambahkan kalau suatu daerah yang ekonominya tidak terlalu besar seperti Madura dan dihubungkan Surabaya dengan daerah yang ekonominya sudah maju maka yang dikonsuldasi uang maju. Karena yang maju sudah mempunyai beberapa keunggalan sumber dayanya lebih lengkap.
Setelah mereka maksimal dan jenuh baru bergeser ke samping atau Madura, kecuali pemerintah melakukan intervensi, kalau dilepas dengan mekanisme pasar akan mencari yang lebih menguntungkan.
Menurut dia, secara teori diperkirakan disektor wisata dan belanja yang bergerak lebih cepat justru Surabaya. Pembangunan jembatan, pemerintah sudah menghitung potensi yang ada di Madura, dan kemungkinan lain karena Surabaya perkembangan dibatasi oleh kondisi geografis sehingga dengan adanya jembatan industri diharapkan dapat bergeser ke Madura.
Namun, pengembangan daerah industri membutuhkan beberapa faktor pertama modal, sumber daya manusia apakah sudah siap untuk industrialisasi.
Karena itu, diharapkan dengan dibangunnya jembatan Suramadu atau membuka isolasi Madura akan menguntungkan dari aspek ekonomi. Mereka khawatir dampak negatifnya setelah ada jembatan itu, tapi secara sosial ekonomi lebih banyak positifnya.
Menurut dia, dipastikan ada perubahan aspek lingkungan dan akan terjadi konsentrasi dunia baru. Selain itu, pembangunan jembatan Suramadu untungnya tidak jatuh di lahan produkstif sehingga tidak terjadi konversi.
Menyinggung kondisi tata ruang di daerah Madura terkait adanya jembatan Suramadu, kata dia, harus ada pengkajian lagi, karena pasti akan terjadi perubahan dari pusat-pusat kegiatan di daerah industri.
Harus ada percepatan keseimbangan antara dua daerah itu, karena dikhawatirkan kalau tidak direncanakan dengan matang duduk bersama antara Surabaya-Madura, akan jauh jaraknya.
Masih kurang
Sementara itu, Pakar Statistik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Kresnayana Yahya, mengatakan infrastruktur jalan masih kurang menjadi problema di Madura, sehingga kurang mendukung pengembangan daerah tersebut.
Problem di Madura soal infrastruktur jalan, maka diperlukan pengkajian lagi untuk tata ruang di daerah tersebut, kata Kresnayana.
Menurut dia, akibat infrastruktur yang masih kurang itu, sehingga beaya menjadi lebih tinggi dan Madura penduduknya banyak yang miskin.
Madura yang memiliki sebanyak 14 juta jiwa, tapi hanya empat juta yang masih tinggal dan lainnya tidak betah serta lebih senang merantau ke daerah lain.
Empat kabupaten di Madura, yakni Bangkalan dihuni sekitar satu juta jiwa, Sampang penduduknya sekitar 414.000 jiwa daerah termiskin dibanding kabupaten lainnya sehingga mereka banyak yang merantau. Masyarakat Sampang itu yang paling banyak di luar Madura, karena kondisi ekonominya sangat rendah, katanya.
Selain jalan, Madura pada zaman Belanda itu banyak hutan jati, tetapi sekarang sudah habis. Ada 14 sungai hilang sehingga vegetasi dan seluruh tegakan jati sudah tidak ada.
Karena pohonnya tidak ada sehingga beberapa juta kubik air yang terkandung di dalam tanah di Madura sekarang sudah hilang, kata Krenayana juga sebagai Penasihat Dewan Pembangunan Madura

http://www.pelita.or.id

Sabtu, 28 Juli 2012

TAJIN SOBIH BUBUR KHAS MADURA |BERBURU TA'JIL|

1 komentar

Berbuka puasa tentunya akan terasa nikmat jika kita menikmati hidangan yang manis-manis. Kali ini saya ingin berbuka dengan TAJIN SOBIH.Bubur yang terdiri dari campuran sumsum, mutiara, ketan hitam, jenang grendul ini memang punya penggemar tersendiri. Tambahan santan membuat sensasi manis-manis gurih yang lezat. Kalau kangen menikmatinya yuk mampir Stand Ta'jil di Alun-Alun Bangkalan.

Madura termasuk salah satu kota di Indonesia yang dikenal karena kulinernya. Pulau Garam ini memiliki makanan-makanan tradisional yang khas. Salah satunya adalah TAJIN SOBIH yang menurut saya bubur yang satu ini layak dicoba. Rasanya yang khas dan lezat mungkin hanya ditemukan di Madura.

Untuk dapat menikmati bubur ini saat berbuka nanti saya mengunjungi salah satu Stand Ta'jil Di Depan Pendopo Kabupaten Bangkalan. Penjual bubur ini letaknya berada di bagian selatan lampu merah Pendopo Kabupaten Bangkalan. Saat saya mengunjunginya, ternyata penjual bubur ini belum tampak, penjaga Stand Ta'jil setempat mengatakan bahwa bubur ini baru ada pada sore hari. Akhirnya kurang lebih pukul 15.00 WIB saya pun kembali menyambanginya.

Saya memesan 1 porsi TAJIN SOBIH yang dibungkus dengan daun pisang yang khas . Si ibu dengan cekatan mencampurkan berbagai campuran bubur Madura ini dari panci-panci kecil yang sederhana. Campurannya antara lain adalah bubur sumsum, mutiara dengan warna-warna yang cerah, bubur ketan hitam, dan bulatan-bulatan coklat seperti biji salak (jenang grendul) dengan kuah gula jawa yang kental serta ditambahkan santan diatasnya.

Semua campuran tersebut disajikan di atas daun pisang yang ujungnya disematkan lidi dan difungsikan sebagai piring. Untuk sendoknya juga menggunkan daun pisang yang dilipat 2. Jadi terasa sederhana dan tradisional sekali. Tampilannya yang cantik dan berwarna-warni cukup menggoda

Saat menyantapnya, berbagai rasa bercampur di dalam mulut. Rasa asin gurih dari bubur sumsum bercampur manisnya kuah gula jawa. Belum lagi butiran dari ketan hitam yang legit dan bubur mutiara. Kombinasi rasa yang unik dan khas. Ini adalah kali pertama saya mencoba TAJIN SOBIH.

Ternyata bubur ini cukup mengenyangkan, sehingga dapat menambah energi saya untuk cuci mata di Stand Ta'jil ini. Untuk porsi TAJIN SOBIH saya hanya perlu membayar Rp 5.000,00. Harga yang tidak mahal dibandingkan rasa yang dinikmati dan kepuasan bisa menikmati makanan tradisional..Jika anda berminat saya sarankan untuk datang lebih awal, karena sangat banyak peminat bubur yang satu ini.Jadi jangan sampai anda kehabisan.

SELAMAT BERBURU!!!

http://pulaumadura.com

Selasa, 17 Juli 2012

UKIM |STKIP PGRI BANGKALAN| RAMAIKAN LOMBA GERAK JALAN

4 komentar

Bangkalan,  17 Agustus 2012 mendatang adalah hari yang sangat bermakna bagi segenap Bangsa  Indonesia di seluruh penjuru dunia. Bagaimana tidak pada hari itu Negeri kita tercinta Republik Indonesia akan merayakan Hari Ulang Tahunnya yang Ke-67, berbagai lomba dan kegiatan di adakan oleh Pemkab Bagkalan, karena antusiasme masyarakat Bangkalan sangat bagus, baik dari masyarakat biasa, Instansi, Sekolah (SD\SMP\SMA) dan Perguruan Tinggi pastinya.

 

            Dan kali ini  UKIM (Unit Kegiatan Ilmiah Mahasiswa) STKIP PGRI Bangkalan tidak mau kalah dalam berpartisipasi dalam memeriahkan acara lomba gerak jalan dalam rangka memperingati HUT NKRI yang Ke-67, tidak tanggung tanggung UKM yang merupakan salah satu UKM di STKIP PGRI Bangkalan ini secara total  melakukan persiapan agar dapat kembali dapat merebut Juara 1 Lomba Gerak Jalan Kategori Umum&Instansi yang 2 tahun ber turut-turut mampu di boyong, seperti yang diraih oleh pendahulunya yaitu kontingen dari BEM-KM STKIP PGRI Bangkalan . UKM yang di prakarsai oleh Slamet Hariyadi dan diketuai oleh  Fitria Afkarina  ini sangat optimis mampu merebut Juara 1, sangat beralasan memang , karena mereka menerjunkan hampir seluruh anggotanya untuk mempersiapkan kegiatan ini. Karena mampu mengharumkan nama STKIP PGRI Bangkalan merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi mereka.

        "Kami ingin membuktikan kepada masyarakat Bangkalan , kalau kampus kami berkualitas dan mampu bersaing dengan kampus lain, dan sekarang paradigma masyarakat harus mulai dirubah . karena kampus kami telah mampu mencetak  ratusan Guru yang sekarang menjadi tenaga pendidik yang profesianal di Bangkalan. Anda bisa buktikan , dihampir seluruh Sekolah di Kabupaten Bangkalan adalah lulusan STKIP PGRI Bangkalan" Ujar Slamet Hariyadi sang Nahkoda UKIM  tersebut,yang tahun ini  masuk nominasi 20 Mahasiswa Terbaik di KOPERTIS 7.

       Semoga semangat rekan rekan UKIM mampu menajadi sauritauladan bagi rekan rekan Mahasiswa  STKIP PGRI Bangkalan untuk mampu terus mengukir prestasinya baik itu dalam bidang akademik maupun kegiatan extra kampusnya.

 

 

 

bkl/17/07/12-chap_tha@ymail.com

Senin, 16 Juli 2012

MERCUSUAR BANGKALAN

0 komentar
Mercusuar Sembhilangan atau Alat bantu navigasi dalam pelayaran sangat penting dan banyak membantu para pelaut Pada masa penjajahan hingga sekarang. Tapi selain itu Mercusuar ini juga mempunyai nilai sejarah dan daya tarik wisata sejarah Di Bangkalan. Mercusuar yang di bangun oleh Kerajaan belanda dan dibangun oleh Z.M. WILLEM III pada tahun 1879 ini memiliki ketinggian lampu atau focal plane setinggi 53 meter, dengan 1 buah lampu yang berpedar setiap 10 detik dengan jangkauan cahaya sejauh 50 meter. Menara berbentuk poligonal dengan 12 sisi yang terbuat dari plat besi baja dengan ketebalan dan kandungan timah yang sungguh menakjubkan. Menara ini memiliki 16 ruang lantai dan 1 lantai khusus ruang lentera. Setiap lantai terhubung dengan tangga melingkar dan masing – masing lantai terdapat dua jendela. Menara memiliki kolom penyangga yang juga terbuat dari besi baja dan tembus terhubung sampai lantai 16 dimana terdapat panel pengoperasian lampu. Dahulu kolom penyangga ini digunakan sebagai tempat mengerek karbit atau minyak tanah ketika masih belum ditemukannya lampu pijar. Sekarang sudah tidak lagi digunakan karena telah memakai kabel listrik sehingga penjaga mercu suar cukup menyalakan lampu dari lantai bawah saja. Setiap bagian pelat baja terdapat penomeran secara horizontal dengan 4 rangkaian pelat setiap lantainya.

Saat ini kondisi mercu suar masih berfungsi dan dikelola dengan baik oleh Adpel Tanjung Perak meskipun penuh coretan vandalis dan jendela – jendela yang kurang terawat. Tangga menuju lantai 14 telah hilang dan diganti dengan tangga panjat. Bagian panel kayu yang hanya melingkupi dinding lantai 16 mulai lapuk dimakan usia. Namun secara keseluruhan besi baja sungguh menakjubkan masih kokoh berdiri tanpa dimakan usianya yang sudah 130 tahun lebih. Di sekeliling menara terdapat bangunan rumah - rumah kecil yang difungsikan sebagai tempat tinggal penjaga dan gudang. Saat ini, mercusuar dijaga oleh 3 orang penjaga berstatus PNS Adpel. Lingkungan mercusuarnya dikelilingi oleh hutan bakau yang indah dan terdapat beberapa perumahan penduduk desa.
Jika anda tertarik untuk memasuki kawasan ini, anda cukup membayar Rp.2000 di pintu masuk. Yah sebagai uang jasa dan membantu perekonomian dan perawatan lingkungan sekitar. Dan jika anda ingin melihat pemandangan dari puncak menara ada bisa naik dengan membayar  Rp.2000.

Tapi sayang , tangan - tangan jahil merusak keindahan tempat ini, corat-coret sana sini, sampah yang berserakan merupakan hal yang patut kita sayangkan. Apalagi tempat ini merupakan salah satu tempat bersejarah di kota Bangkalan. jadi " Jadi Mari Kita Jaga Dang Jangan Kita salah Gunakan "

Kamis, 22 Maret 2012

TOMCAT Mulai Menyerang Warga Bangkalan

1 komentar
Setelah heboh menyerang salah satu kompleks perumahan elit di Surabaya. Kini si Kecil Tomcat mulai memasuki kawasan di daerah Bangkalan bagian selatan. Di daerah Kejawan Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan ini belasan warga yang diserang tomcat tersebut merasa gatal-gatal dan panas. Serta ada wajah warga yang diserang memerah, akibat penyakit dari jenis serangga itu.

"Biasanya tomcat itu menyerang warga saat malam hari," kata salah seorang warga di desa itu Saleh.

Saleh mengatakan, tomcat mulai menyerang kampungnya sejak sepekan terakhir. Namun, saat itu jumlahnya masih sedikit.

"Sejak seminggu tomcat hingga tadi malam tomcat masih menyerang warga," kata dia.

Saleh menjelaskan, biasanya tomcat menyerang pemukiman warga saat malam hari. Tomcat ini suka pada penerangan seperti lampu.

"Kalau siang seperti ini tidak ada tomcat, tapi jika sudah malam hari tomcat mulai berdatangan dan menggigit warga," ucapnya.

Menurut Saleh, warga yang terkena gigit tomcat diobati dengan bedak dan minyak banleng. Sebab, gigitan tomcat membuat tubuh menjadi panas dan gatal-gatal.

"Banyak yang menjadi korban tomcat,, sepupu saya, keponakan dan sejumlah warga yang ada disini kalau dihitung lebih dari sepuluh korban," ungkapnya.

Saleh mengatakan, hingga saat ini belum ada penanganan dari dinas terkait untuk memberantas tomcat yang sangat meresahkan warga. Jika dibiarkan, pihaknya khawatir tomcat akan bertambah banyak.

"Kami berharap dinas kesehatan segera melakukan langkah konkrit untuk membasmi tomcat karena jika dibiarkan maka warga yang menjadi korban," kata warga lain di desa itu

reff antaranews.com

Rabu, 21 Maret 2012

AIR TERJUN Bangkalan Madura | Kec.Kokop | Ds.Durjan

9 komentar
         Jika anda mendengar kata "Madura"pasti yang telintas dalam benak anda yaitu pulau yang panas, gersang, terbelakang dan tidak ada daya tarik yang mungkin bisa membuat anda singgah di pulau ini. Akan tetapi m sekarang anda harus mulai merubah pola pikir seperti itu.karena di pulau garam ini terdapat keindahan yang sangat luar biasa.salah satunya adalah AIR TERJUN Grubhughan ini. Dan untuk memperoleh informasi ini kami langsung melakukan expedisi untuk mendapatkan informasi secara lengkap.
           Expedisi ini kami awali dengan mempersiapkan segala sesuatu yang akan mendukung perjalanan kami. Tidak banyak yang kami persiapkan, karena yang terpenting adalah memperisapakan motor kami. Kendaraan  dalam kondisi bagus merupakan syarat yang sangat vital. Karena lokasi air terjun ini sekitar 60 km dari pusat kota Bangkalan. Dengan mengendarai sepeda motor kami memulai perjalanan pada pukul 13.00 WIB. Setelah satu jam perjalanan akhirnya  kami sampai juga di Pertigaan arah menuju Kecamatan Kokop. Sekitar 25km dari target lokasi yang akan kami tuju.

 Dalam perjalanan ke Kokop kami menemui berbagai macam hal yang menarik untuk kami ceritakan di sini. Salah satunya adalah medan yang lumayan berbatu dan sedikit menantang cocok untuk para penggemar offroad. Dan mungkin ini salah satu masukan untuk Pemerintah Daerah setempat yang perlu melakukan perbaikan jalan yang samasekali belum tersentuh oleh aspal dan penerangan jalan yang amat sangat kurang. Di samping kira dan kanan jalan yang kami lalui terdapat berbagai pemandangan perbukitan yang cukup menarik yang membuat mata kita tidak bosan untuk melihatnya. Karena jarak rumah antara satu dengan yang lainnya lumayan berjauhan sehingga pemandangan alam bisa kita lihat dengan jelas.

      Setelah satu jam menelusuri jalan utama di Kecamatan Kokop sampailah kami di Desa Dhurjan tempat Lokasi air terjun yang kami tuju tersebut. Sesampainya d isana kami langsung menuju rumah Bidan yang memberikan informasi tetang lokasi tersebut. Tidak berselang lama kemudian bidan tersebut Memperkenalkan kami pada seorang anak berumur sekitar 9 tahun yang merupakan warga setempat yang tahu persis lokasi air terjun itu berada.

Tidak mau menunggu lebih kama lagi kami pun segera menuju air terjun tersebut. Dan pada akirnya setelah 5 menit berkendara .motor kami pun tepaksa kami titipkan di rumah penduduk sekitar. Karena jalan setapak yang akan kami lalui merupakan jalan setapak yang juga berfungsi sebagai pematang sawah. Setapak demi setapak kami menyisiri sawah yang hijau penuh dengan tanaman padi. Setelah hampir 10 menit kemudian akhirnya sampailah kami di Air Terjun Grubhugan. Kami tidak bisa berkata-kata takjub atas keindahanya tidak kalah dengan resort air tejun yg tekenal di Jawa Timur. Dengan tinggi sekitar 30 meter dari permukaan tanah, air terjun ini mengalirkan air yang sangat dingin dan hawa di sekitarnya tak kalah sejuknya dengan alam Puncak. Bebatuan kecil, ganggang tanaman lumut serta akar akar pohon besar yang menerobos bebatuan semakin menambah Eksotisme air terjun ini. Sangat disayangkan jika banyak wisatawan lokal yang lebih memilih keluar dari pulau madura untuk medapatkan sensasi air terjun yg sebenarnya di madura sendiri ada.dan mungkin pemerintah daerah juga harus lebih peka tehadap potensi yang di milikinya.
        Setelah bermain air dan ber foto ria.akhirnya kami memutuskan untuk pulang karena waktu sudah mulai sore dan gelap. Timbul niat yang sangat kuat di hati kami untuk sesegera mungkin untuk menceritakan dan memamerkan foto kami kepada teman-teman. agar potensi yang pulau garam ini bisa dikenal dan menjadi salah satu tempeat tujuan untuk berwisata.
Dan kami harap semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi semua fihak, kami selalu berusaha mengajak seluruh komponen yang Masih Sayang dan atau pun yang "Belum Menyayangi" pulau garam ini agar lebih mencintai dan melestarikan potensi dan budaya Madura serta berbagai Misteri keindahan yang ada di Pulau Madura tercinta ini.

Minggu, 11 Maret 2012

PENGHAPUSAN KERAJAAN BANGKALAN

0 komentar
Pemerintah Hindia Belanda memang sengaja lambat laun menghapuskan kerajaan-kerajaan di Madura, pertama ialah kerajaan Pamekasan dihapus yang terjadi pada tahun 1858 dan berikutnya kerajaan Sumenep menerima gilirannya ialah dihapuskan dalam tahun 1885. Menurut ketentuan Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang dikuatkan oleh rajanya antara lain sebagai berikut :
  1. Karena pencabutan vorsten bestuur (pemerintahan kerajaan) di Madura, maka Kabupaten Bangkalan dan Sampang didirikan langsung dibawah Residen Madura.
  2. Anggota keluarga Kerajaan yang dahulunya mempunyai tanah-tanah apanage, dicabut dan diganti dengan uang     kerugian sebanyak taksiran hasil tanahnya,
  3. Menteri-menteri Kerajaan yang mendapat tanah pecaton, dicabut dan diganti dengan uang kerugian.
  4. Upacara-Upacara Kerajaan Madura diambil oleh Pemerintah Belanda dan disimpan di Museum Jakarta.
  5. Barisan Madura tetap diadakan, tetapi langsung dibawah pimpinan Pemerintah Hindia Belanda
Setelah itu diangkatlah sebagai Bupati Pertama ialah Pangeran Surjonegoro kemudian dengan gelar Pangeran Tjokroadiningrat untuk Bangkalan, dan Raden Ario Kusumoadiningrat (Kandjeng Ronggo) untuk Sampang.

Selanjutnya Pemerintah Hindia Belanda menganggap Keraton Bangkalan sudah rusak tidak dapat didiami lagi, lalu didalam tahun 1891 dibongkar dan diganti dengan rumah Kabupaten yang sampai sekarang masih ada. Tindakan pembongkaran keraton itu hanya sebagai siasat politik Belanda agar supaya rakyat tidak mempunyai kenang-kenangan akan kebesaran pemerintahan leluhurnya, sebelum dijajah oleh Belanda.

Dalam tahun 1905, Bupati pertama Bangkalan (Pangeran Tjokroadiningrat) mengundurkan diri dengan pensiun (setelah meninggal juga dimakamkan dibelakang masjid Bangkalan) dan diganti oleh puteranya bernama Raden Adipati Ario Surjonegoro ia mengundurkan diri dengan hak pensiun pula dalam tahun 1918 an diganti oleh adiknya bernama Raden Tumenggung Ario Surjowinoto. Sebelum Surjowinoto menjabat Bupati Bangkalan, ia sudah menjabat Bupati Sampang dalam tahun 1913.

Dalam tahun 1920, ia sudah mendapat gelar Raden Ario Tjakraningrat. Didalam zaman pendudukan jepang ia diangkat menjadi wakil Residen Madura (Wakil Sju Tjokan), disamping ia menjabat Bupati Bangkalan. Setelah negara Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 maka ia diangkat menjadi Residen Madura.

Puteranya yang tertua ialah Raden Tumenggung Ario Muhammad Zis Tjakraningrat menggantikannya menjadi Bupati Bangkalan. Setelah R.A Moh. Zis Tjakraningrat dipindah, maka R. Moh. Roeslan Wongso Koesoemo ditunjuk sebagai Bupati Kepala Daerah Bangkalan 1956-1959. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1957, K. Brodjo Koesumo dipilih sebagai Bupati Daerah T.K II Bangkalan.

Setelah UU No 1 Tahun 1959 dibekukan dan diganti dengan Pempres No. 6 Tahun 1959 maka R.P. Moh. Noer terpilih sebagai calon tunggal dan diangkat sebagai calon Bupati kepala Daerah Kabupaten Bangkalan tahun 1959 sampai 1965.

Setelah R.P Moh. Noer diangkat sebagai Pembantu Gubernur Kepala Daerah propinsi Jawa Timur untuk bekas keresidenan Madura maka diadakan pemilihan lagi dan Drs. R. Abdul Manan Prijonoto dipercayakan untuk menggantikan sebagai Bupati kepala Daerah Kab. Bangkalan. Ia tidak lama menjabat Bupati, lalu Pemerintah Pusat memandang perlu untuk membebastugaskan dan ia ditempatkan kembali sebagai Pegawai Tinggi di Departemen Pertanian.

Untuk sementara waktu ditunjuk R.P. Machmoed Sasroadipoetro (Pembantu Gubernur untuk Madura) sebagai pejabat Bupati kepala daerah Kab. Bangkalan sampai ada gantinya. Dalam tahun 1971 pencalonan Kepala Daerah telah dilaksanakan oleh DPRD-GR Kabupaten Bangkalan dan Eddy Soedjaki ditetapkan dan diangkat sebagai Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bangkalan (Eddy Soedjaki sebetulnya Jacky Soedjaki).


Dikutip dari :
Buku Selayang Pandang Sejarah Madura
Oleh :
DR. Abdurrahman
Bangkalan-Memory

Sabtu, 10 Maret 2012

NAMA RAJA DAN BUPATI YANG PERNAH MEMERINTAH DI BANGKALAN

2 komentar
Sepeti yang kita tahu, Bangkalan merupakan Kabupaten yang dulunya berupa Kadipaten yang diperintah oleh seorang Raja. Nah bagi temen-temen yang belum pernah tahu dan yang ingin tahu Siapakah Raja dan pada tahun berapa masa pemerintahannya mari kita flashback sejenak dan melihat daftar di bawah ini :

NAMA RAJA YANG MEMERINTAH DI KABUPATEN BANGKALAN
Tahun 1531 – 1592              :    Kiai Pratanu (Panembahan Lemah Duwur)
Tahun 1592 – 1621              :    Raden Koro (Pangeran Tengah)
Tahun 1621 – 1624              :    Pangeran Mas
Tahun 1624 – 1648              :    Raden Prasmo (Pangeran Cakraningrat I)
Tahun 1648 – 1707              :    Raden Undakan (Pangeran Cakraningrat II)
Tahun 1707 – 1718              :    R.T. Suroadiningrat (Pangeran Cakraningrat III)
Tahun 1718 – 1745              :    Pangeran Sidingkap (Pangeran Caraningrat IV)
Tahun 1745 – 1770              :    Pangeran Sidomukti (Pangeran Cakraningrat V)
Tahun 1770 – 1780              :    R.T. Mangkudiningrat  (Penembahan Adipati Cakraadiningrat VI)
Tahun 1780 – 1815              :    Sultan Abdu /  Sultan Bangkalan I (Penembahan Adipati Cakraadiningrat VII)      
Tahun 1815 – 1847              :    Sultan Abdul Kadirun (Sultan Bangkalan II)
Tahun 1847 – 1862              :    R. Yusuf (Panembahan Cakraadiningrat VII)
Tahun 1862 – 1882              :    R. Ismael (Panembahan Cakrasdiningrat VIII)

Kalau diatas kita telah menyimak siapa saja dan kapan Raja-Raja yang pernah memerintah di Bangkalan. Sekarang mari kita melihat siapa sajakah Bupati yang pernah memimpin dan kapan bliau memegang tampu kekuasaan silahkan di lihat daftar di bawah ini :

NAMA BUPATI YANG MEMERINTAH DI KABUPATEN BANGKALAN
Tahun 1882 – 1905              :    Pangeran Suryonegoro (Bupati I)
Tahun 1905 – 1918              :    R. AA Suryonegoro (Bupati II)     
Tahun 1918 – 1945              :    R. AA Suryowinoto / Wali Negara (Bupati III)
Tahun 1945 – 1956              :    Mr. R.A. Moh. Zis Cakraningrat (Bupati IV)
Tahun 1956 – 1957              :    R.A. Moh. Roeslan Wongsokusumo (Bupati V)
Tahun 1957 – 1959              :    R.A. Abd. Karim Brodjokusumo (Bupati VI)
Tahun 1957 – 1959              :    R.A. Abd. Karim Brodjokusumo (Bupati VI)      
Tahun 1959 – 1965              :    R.P. Moh. Noer (Bupati VII)
Tahun 1965 – 1969              :    Drs. Abd. Manan Priyonoto (Bupati VIII)
Tahun 1969 – 1971              :    R.P. Machmud Suroadiputro (Bupati IX)
Tahun 1971 – 1982              :    HJ. Sudjaki (Bupati X)     
Tahun 1982 – 1988              :    Drs. Sumarwoto (Bupati XI)
Tahun 1988 – 1991              :    Drs. Abdul Kadir (Bupati XII)
Tahun 1991 – 1993              :    Drs. Ernomo (PTHJ Bupati)
Tahun 1993 – 1998              :    M. Djakfar Syafei (Bupati XIII)     
Tahun 1998 – 2003              :    Dr. Ir. H. Mohammad Fatah, MM
Tahun 2003 – 2013              :    R.K.H. Fuad Amin, SPd

Nah informasi di atas semoga bermanfaat untuk teman-teman yang Cinta Dengan Kota Bangkalan tecinta ini.

courtesy by : Bangkalan-Memory

Minggu, 18 Desember 2011

BANGKALAN

1 komentar
Kabupaten Bangkalan, adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini terletak di ujung paling barat Pulau Madura; berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Sampang di timur serta Selat Madura di selatan dan barat.
Pelabuhan Kamal merupakan pintu gerbang Madura dari Jawa, dimana terdapat layanan kapal ferry yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (Pelabuhan Ujung). Saat ini telah dibangun Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang saat ini adalah jembatan terpanjang dan terbesar di Indonesia. Bangkalan merupakan salah satu kawasan perkembangan Surabaya serta tercakup dalam lingkup Gerbangkertosusila.
Kabupaten Bangkalan terdiri atas 18 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Bangkalan.

Tempat-tempat wisata
Pantai Rongkang
Pantai Sambilangan
Bukit Geger
Kuburan Aermata
Pantai Siring Kemuning di desa Macajah, Tanjungbumi
Beautiful Garden di desa Macajah, Tanjungbumi
Batik Telaga Biru
Perahu Peninggalan Saichona Moh. Chollil di desa Telaga Biru, Tanjungbumi




Rabu, 09 November 2011

PANTAI SIRING KEMUNING ||KUTA NYA BANGKALAN||

0 komentar
Pantai Siring Kemuning yang terletak di Pulau Madura tepatnya di Kabupaten Bangkalan Kecamatan Tanjung Bumi merupakan salah satu Pantai Terbaik yang dimiliki Pulau Madura di Kabupaten Bangkalan selain Pantai Rongkang yang letaknya di Kecamatan Kwanyar.  Sebetulnya ini merupakan Ekspedisi pertama kalinya, berhubung TreTans lagi sibuk posting gambarnya di pesbug jadi lupa + memang sengaja..



 read more  in http://tretans.com









Rabu, 26 Oktober 2011

HASIL GRAND FINAL KERAPAN SAPI PIALA PRESIDEN RI 2011

0 komentar

Juara Golongan Menang (ATTAS):
1. PASANGAN SAPI NO 24. NAMA SAPI JET MATIC PEMILIK H. SAHID KONTINGEN KAB. SAMPANG
2. PASANGAN SAPI NO 12 NAMA SAPI PARANG SAKTI PEMILIK H. UDIN KONTINGEN KAB. PAMEKASAN
3. PASANGAN SAPI NO 8 NAMA SAPI BUMI HANGUS GR PEMILIK HERI THR KONTINGEN KAB. SUMENEP.

JUARA GOLONGAN KALAH (BHEBHE):
1. PASANGAN SAPI NO 23 NAMA SAPI GAGAK RIMANG PEMILIK R.H. M. THOHIR KONTINGEN KAB. BANGKALAN
2. PASANGAN SAPI NO 15 NAMA SAPI GAGAK REMANG MUDA PEMILIK H. ABDULLAH KONTINGEN KAB. PAMEKASAN.
3 PASANGAN SAPI NO 7 NAMA SAPI LINTAS JAYA PEMILIK HAKIKI KONTINGEN KAB. SAMPANG.
Info ||Plat-M.com||