Pages

 

Sabtu, 29 September 2012

BPWS |Tahukah anda????|

0 komentar

Ketika anda melewati Jembatan Suramadu , anda akan melihat sebuah kator yang berplakatkan BPWS. Tapi tahukah anda apa tiu BPWS? nah BPWS adalah Badan Pelaksana BPWS (Bapel BPWS), sesuai dengan amanah Perpres 27 Tahun 2008 yang kemudian diperbarui dengan Perpres 23 Tahun 2009 , memiliki tugas dan fungsi untuk melaksanakan pengelolaan, pembangunan dan fasilitasi percepatan kegiatan pembangunan wilayah Suramadu. Kegiatan pengelolaan dan pembangunan infrastruktur wilayah yang dilaksanakan Bapel BPWS dilaksanakan di 3 (tiga) kawasan, yaitu Kawasan Kaki Jembatan Sisi (KKJS) Surabaya (600 Ha), Kawasan Kaki Jembatan Sisi (KKJS) Madura (600 Ha) dan kawasan khusus di Utara Pulau Madura (600 Ha). Kawasan Kaki Jembatan Sisi Surabaya (KKJSS) dan Kawasan Kaki Jembatan Sisi Madura (KKJSM) dikembangkan untuk mendorong perkembangan ekonomi, sedangkan kawasan khusus di Utara Pulau Madura untuk pengembangan kawasan Pelabuhan Peti Kemas. Selain melaksanakan tugas dan fungsi di atas, Bapel BPWS juga bertugas untuk stimulasi pembangunan infrastruktur untuk wilayah Suramadu secara keseluruhan. Dalam hal ini Bapel BPWS melakukan koordinasi perencanaan dan pengendalian pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan Kementerian/LPNK lain, pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), maupun swasta/masyarakat di wilayah Madura. nah berikut ini adalah salah satu Fungsi dari BPWS. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah Suramadu, bahwa tujuan pengembangan wilayah Suramadu adalah optimalisasi percepatan pengembangan wilayah Suramadu, sehingga dapat berperan sebagai pusat pengembangan wilayah Jawa Timur, berdasarkan Pasal 12 Perpres Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah Suramadu, Bapel BPWS melaksanakan tugas: Menyusun rencana induk dan rencana kegiatan pengembangan sarana dan prasarana serta kegiatan pengembangan wilayah Suramadu Melaksanakan pengusahaan Jembatan Tol Suramadu dan Jalan Tol lingkar Timur Surabaya (Simpang Juanda – Tanjung Perak) melalui kerjasama dengan badan usaha pemenang lelang pengusahaan jembatan tol dan jalan tol dimaksud Melaksanakan pengusahaan pelabuhan petikemas di Pulau Madura Membangun dan mengelola : Wilayah Kaki Jembatan Surabaya – Madura, yang meliputi : Wilayah di sisi Surabaya ± 600 Ha (enam ratus hektar) Wilayah di sisi Madura ± 600 Ha (enam ratus hektar) Kawasan khusus di Pulau Madura seluas ± 600 Ha (enam ratus hektar) dalam satu kesatuan dengan wilayah pelabuhan petikemas dengan perumahan dan industri termasuk jalan aksesnya Menerima dan melaksanakan pelimpahan sebagian wewenang dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah Menyelenggarakan pelayanan satu atap untuk urusan perizinan di wilayahSuramadu Melakukan Fasilitasi dan stimulasi percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat Jawa Timur, antara lain dalam Pembangunan jalan akses menuju Jembatan Tol Suramadu, baik di wilayah sisi Surabaya maupun di wilayah sisi Madura Pembangunan jalan pantai utara Madura (Bangkalan – Sumenep) Pembangunan jalan lintas selatan Madura (Bangkalan – Sumenep) Pembangunan jalan penghubung pantai utara Madura dengan lintas selatan Madura Pembangunan infrastruktur perhubungan antar wilayah kepulauan Pengembangan sumber daya manusia dalam rangka industrialisasi di Pulau Madura Penyediaan infrastruktur air baku, air minum, sanitasi, energi, dan telekomunikasi di wilayah Suramadu Melakukan tugas lain terkait dengan pengembangan wilayah Suramadu yang ditetapkan lebih lanjut oeh Dewan Pengarah.

Jumat, 28 September 2012

Kaldu Kokot | Kuliner Khas SUMENEP |

1 komentar

Kali ini, pulaumadura.com akan berbagi cerita tantang kenunikan pengalaman dari teman kita Aku Cinta Indonesia yang juga gemar berburu kuliner di belahan nusantara, untuk lebih jelasnya mari kita simak sepenggal cerita ini.
Ada sebuah cerita yang lucu yang saya alami pada malam pertama tim kami menetap di Madura, tepatnya di Sumenep. Selepas beribadah maghrib di Masjid Jamik saya berjalan menuju Taman Adipura yang berada di seberangnya, mencari penduduk lokal yang kiranya bisa saya tanyai apa makanan khas dari Sumenep yang bisa kami coba sebagai pendatang. Saya menghampiri seorang perempuan muda yang sedang berjualan es di depan Taman Adipura, karena ia menjual makanan tanpa pikir panjang saya berasumsi perempuan itu pasti paham perihal makanan lokal, dan dengan penuh keyakinan saya lalu bertanya. Tapi apa yang saya anggap sebagai pertanyaan sederhana untuk tiap daerah itu ternyata tak sesederhana yang saya kira, perempuan muda itu justru menjawab tidak tahu. Seolah belum cukup melihat kebingungan saya ia malah balik bertanya dengan logat Maduranya yang kental, "Makanan khas itu kaya apa ya? Contohnya apa?". Ya Tuhan, tak ada pilihan lain bagi saya selain kehabisan kata. Kemudian akhirnya pada malam ini, yaitu malam kedua kami menetap di kota ini, kami menemukan sebuah makanan yang unik. Menurut informasi makanan ini adalah makanan khas dari Sumenep. Dan informan yang sama menyebut bahwa makanan ini lumayan dikenal oleh para pendatang yang pernah ke Sumenep. Makanan khas ini disebut dengan Kaldu Kokot, atau yang lebih sering disebut dengan Kaldu. Kaldu Kokot adalah sup dengan bahan utama dari kedelai atau kacang ijo yang direbus, dibumbui dengan kaldu sapi, lalu ditambah dengan kacang yang diuleg bersama petis madura. Di dalam racikan sup kedelai itu kemudian juga ditambah dengan bagian bawah kaki sapi atau dalam bahasa Maduranya adalah 'Kokot'. Kokot yang sudah direbus menjadi empuk membuat Kaldu Kokot atau Sup Kokot itu akan terasa lembut dan ringan. Kaldu ini disajikan saat masih panas dan dimakan bersama dengan singkong yang dikukus atau digoreng, atau bisa juga dengan lontong, yang ditambah dengan sambal kacang. Bahkan di beberapa warung Kaldu Kokot ini disajikan dengan berbagai variasi isi dalam kaldunya. Seperti contohnya di warung kecil "Nano" di mana kami menyantap Kaldu Kokot ini malam tadi. Selain menyajikan Kaldu Kokot sesuai dengan resep aslinya yang terkenal, warung kecil ini juga menyediakan Kaldu Kokot Cingur dan Kaldu Kokot Telor. Rasanya gurih dan sangat mengenyangkan. Patut dicoba terutama jika membutuhkan tambahan stamina. Reff by Aku Cinta Indonesia

Sabtu, 15 September 2012

SANtRI KERACUNAN | Sekitar 750 Santri Pondok Pesantren Syaichona Kholil Bangkalan|

0 komentar
Sedikitnya 750 santri di Pondok Pesantren Syaichona Kholil , Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Jumat (14/9) malam keracunan.

Ratusan santri kini dirujuk ke Rumah Sakit Daerah Syarifa Ambami Rato Ebu, Bangkalan, dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan.

Ikhsan, salah seorang pengurus pondok pesantren, menuturkan, ratusan santri diketahui mengalami gejala keracunan sejak Jumat pagi.

"Mereka mengaku pusing-pusing dan mual," katanya menjelaskan.

Semula, kata dia, jumlah santri yang keracunan hanya beberapa orang saja, namun hingga Jumat siang jumlahnya terus bertambah dan menimpa semua santri yang ada di pondok itu, sehingga para pengurus pondok memutuskan mereka dirujuk ke rumah sakit saja.

Hingga Jumat malam proses evakuasi santri dari pondok pesantren ke rumah sakit masih berlangsung.

Sebagian santri menduga, penyebab keracunan adalah nasi bungkus yang mereka santap seusai salawatan di pesantren, Kamis (13/9) malam.

Menurut dokter jaga di rumah sakit, dr Alfian Nur, dilihat dari gejalanya, ratusan santri memang keracunan.

"Tindakan pertama yang kami lakukan adalah memberikan cairan, karena rata-rata santri yang dirujuk kesini kekurangan cairan, akibat sering muntah dan buang air besar," kata Alfian menjelaskan.

metronews.com

Rabu, 12 September 2012

Mendalami Adat Istiadat dan Nilai Budaya Sosial dalam Pembangunan Masyarakat dan Desa

0 komentar
Ketika sedang menjeajah dunia maya, secara tidak sengaja saya menemukan sebuah artikel menarik tentang Adat Istiadat serta Nilai Budaya Sosial dalam Pembangunan Masyarakat yang di pubish oleh Situs Resmi Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia dan muncul dalam benak saya sebuah pertanyaan yang menggelitik muncul ketika berbagai program pembangunan desa marak diluncurkan yaitu “Apakah budaya masyarakat merupakan faktor penting yang diperhatikan bagi input kebijakan dalam menyusun program pembanguna desa?”. Ketika suatu kebijakan pembangunan desa mengemukakan penghargan terhadap nilai-nilai budaya yang ditemui sangat beraneka ragam di negeri kepulauan Nusantara ini, berartimengindikasikan suatu penghormatan terhadap nilai budaya sebagai suatu hak individu dan hak azasi masyarakat.
Di era pasca reformasi indikasi terhadap nilai budaya ini, sebenarnya sudah tampak mengemuka ketika Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa diterbitkan sebagai penjabaran lebih lanjut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Desa atau yang disebut dengan nama lain dinyatakan sebagai kesatuan masyarakat hukum dengan batas wilayah yang didalamnya memiliki wewenang mengatur dan mengurus kepentingan warganya berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat. Hal ini diakui dan dihormati dalam sIstem Pemerintahan NKRI.
Betapa tidak, jika ditelusuri jejak sejarah desa, pada tahun 1817 seorang warga Negara Belanda yang menjabat sebagai Pembantu Gubernur Jenderal Inggris bernama Mr. Mutinghe, menemukan adanya pemukiman di pesisir pantai Utara Jawa. Laporan temuan ini melandasi dikeluarkannya Indlansche Gemeente-Ordonantie (IGO) dan Indlansche Gemeentie-Ordonantie Buitengeustatesten (IGOB) oleh pemerintah kolonial Belanda masing-masing untuk daerah Jawa dan luar Jawa. Ini merupakan bentuk pengakuan penghargaan terhadap hak otonomi asli desa. Demikian juga pada masa pendudukan Jepang, pengaturan tentang desa termasuk di dalamnya hokum adat tidak diganggu gugat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan penjajah tentunya.
Adat istiadat atau hukum adat sebenarnya masih sangat kental mewarnai kehidupan masyarakat desa. Bahkan masyarakat atau komunitas tertentu di kota-kotapun banyak yang masih membawa kebiasaan dan menerapkan adat istiadat dari desa atau kampung halaman mereka masing-masing. Sampai di kota atau daerah perantauan ikatan kekerabatan dalam budaya yang dimiliki masih dipertahankan. Ambil saja contoh perkumpulan masyarakat Minang, Tapanuli, Maluku yang tersebar di berbagai kota. Apalagi di daerah asal mereka tentunya ikatan kekerabatan dan adat istiadat ini lebih kental lagi. Asumsinya, banyak hal dalam kehidupan masyarakat dengan karakteristik seperti ini, termasuk dalam hal membangun desa seharusnya bisa menciptakan dukungan positif dan kondusif untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
Namun, jika kita simak pergumulan pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sekelompok masyarakat yang mendapat “Lebelling” alias predikat miskin selama decade belakangan ini, serasa sebagai suatu “never ending business”. Seluruh potensi nampaknya telah dikerahkan, namun penurunannya merambat perlahan serasa bergeming. Bahkan sinisme yang terlontar untuk perjuangan melawan kemiskinan ini bagaikan “Jauh Panggang dari Api”: Apa pasalnya? Apakah kebiasaan, adat istiadat, nilai-nilai budaya yang pekat mewarnai kehidupan dan interaksi social masyarakat desa memang benar-benar tidak mampu menjembatani jurang dalam antara si miskin dan si kaya di desa sehingga desa semakin tidak nyaman untuk ditinggali yang mengakibatkan orang desa berbondon-bondong hijrah ke kota ? atau jangan-jangan implementasi kebijakan yang sudah tegas meletakkan dasar keberpihakan pada masyarakat dan desa tergiring kearah yang keluar dari arah sasaran?
Mari kita lihat payung hukum lewat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelatihan dan Pengembangan Adat Istiadat dan Nilai-Nilai Sosial Budaya Masyarakat. Upaya pelestarian dan pengembangan dimaksudkan untuk memperkokoh jati diri individu dan masyarakat dalam mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Tujuannya mendukung pengembangan budaya nasional dalam mencapai kualitas ketahanan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bagi institusi pemberdayaan masyarakat seperti Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Ditjen PMD) ada dua aspek pokok penting yang menjadi titik perhatian. Yang pertama, dalam rangka mencapai tujuan prioritas sebagai bagian dari rencana strategis sampai tahun 2014 mendatang adat istiadat dan nilai social budaya masyarakat harus menjadi “obat kuat” yang memperkokoh jati diri individu dan masyarakat untuk mendukung kelancaran pemerintahan dan pembangunan. Yang kedua, dalam rangka mencapai peningkatan kualitas ketahanan nasional dan keutuhan NKRI, mau tidak mau pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai-nilai social budaya harus dilakukan.
Masalahnya sekarang, bagaimana memastikan dan apa cirinya kalau suatu pembangunan desa memiliki konsep, program dan strategi pelaksanaan berdasarkan adat isitiadat dan nilai-nilai social budaya? Semisal Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), prosesnya sarat dengan forum musyawarah. Soal bermusyawarah kalau dilihat dari perspektif budaya atau adat istiadat sudah melekat pada proses interaksi social yang ada dalam komunitas desa. Namun musyawarah yang dikenalkan nampaknya melalui prosedur atau tahapan yang selain diperkenalkan dengan istilah-istilah baru yang bernuansa modern juga melalui tahapan yang cukup panjang. Kalau saja dapat memakai aturan adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat mungkin istilah “selesaikan secara adat” bisa lebih efektif dan efisien dan bahkan juga ekonomis. Yah, bagaimana kita tahu kalau tidak ada keberanian untuk mencobanya?

Oleh : Abraham Raubun
Tenaga Ahli Utama Sekretariat PDT
Sumber :TERPADU, Media Komunikasi Pembangunan Desa Terpadu, 2011, Volume 1
Tags :Menggelitik Adat Istiadat dan Nilai Budaya Sosial dalam Pembangunan Masyarakat dan Desa

Selasa, 11 September 2012

Arti Lambang Kabupaten Bangkalan

0 komentar


LAMBANG- atau pun logo suatu daerah memiliki banyak arti dan filosofi, berikut ini kami mereview Lambang Kabupaten Bangkalan semoga bermanfaat.

Lambang Daerah Kabupaten Bangkalan ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1971. Lambang Daerah melukiskan suatu keadaan daerah Kabupaten Bangkalan sebagai salah satu daerah di Pulau Madura, yang mempunyai ciri-ciri khas sendiri adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Arti Lambang Kabupaten Bangkalan

PERISAI :
Bentuk bunga teratai bersudut lima sebagai lambang kesetiaan penuh kepada Pancasila dan sifat Kesatriaan, Keagungan, Persaudaraan dan Relegius dari masyarakat daerah Kabupaten Bangkalan.

BINTANG KUNING EMAS :
Sebagai lambang segala langkah perjuangan masyarakat selalu dipedomani keparcayaan yang mendalam Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

SEBUAH SENJATA MANGGALA dan SENJATA CAKRA :
Sebagai lambang jiwa kepahlawanan dalam menentang penjajah dahulu selalu diwarisi oleh generasi-generasi selanjutnya dalam mempertahankan tegaknya Negara Republik Indonesia yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.

LAUTAN :
Sebagai tanda bahwa Daerah Kabupaten Bangkalan sebagai bagian dari Pulau Madura yang dibatasi oleh lautan dari tiga arah, sebagai lambang dari kearifan dan kebijaksanaan yang dalam, serta kelapangan dada dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban.

PANAH, ANAK PANAH dan BUSURNYA :
Sebagai lambang kemauan yang keras dalam perjuangan menuju masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan Proklamasi 17 Agustus 1945.

API KONANG :
Sebagai lambang semangat yang tidak kunjung padam dari rakyat Daerah Kabupaten Bangkalan, dikenal sebagai daerah yang aktif membantu suksesnya pembinaan persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan melalui forum olahraga (GANEFO I).

UNTAIAN BUNGA KAPAS : Sebanyak 17 (tujuh belas) butir dan

UNTAIAN PADI : Sebanyak 45 (empat puluh lima) butir

SESANTI CIPTA INDRA CAKTI DHARMA :
Yang berarti bahwa segala karya dari manusia hanya dapat terwujud dengan baik apabila mendapat Ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber Musium Cakaningrat

Senin, 10 September 2012

Regenerasi Pemerintahan Sampang Sejak 1478M Hingga Sekarang

0 komentar

Bagi teman-teman yang penasaran dan ingin mengetahui pemimpin Kabupaten Sampang dari tahun 1478M sampai sekarang, teman-teman bisa baca Refrensi yang kami sajikan ini, semoga bermanfaat.
Kamituwo di Madegan – Sampang : Raden Ario Lembu Petteng (1478) Raden Ario Menger Raden Ario Pratikel Raden Ario Pojok Penguasa Sampang (status sama dengan kerajaan kecil) : Adipati Pramono ……. – …….. Adipati Bonorogo ….. – 1530 Pangeran Sidhing Gili 1531 – 1592 Adipati Pamedakan 1592 – 1623 Adipati Merto Sari 1623 – 1624 Kerajaan Madura : Pangeran Cakraningrat I ( Raden Praseno, 1624 – 1648) Pangeran Cakraningrat II ( Raden Undakan 1648 – 1680), menjadi Raja Madura bagian barat berkeraton di Tonjung Kabupaten Bangkalan Pasca Kerajaan Madura (Penguasa Sampang) : Raden Ario Purbonegoro ( 1680 ) Raden Ario Purwonegoro Ganta’ Raden Ario Purbonegoro ( Raden Demang Panjang Suro ) Raden Tumenggung Purbonegoro / Minggu ( Gung Purbo ) Raden Ario Mloyo Kusumo ( Penguasa terakhir, berdiri sendiri) Zaman Penjajahan Belanda ( terhitung sejak 1 November 1885 ) : Bupati Pertama ( Tumenggung Ario Kusumoadiningrat 1884 – ……. ) Bupati Kedua ( Tumenggung Ario Condrokusumo …… – …… ) Bupati Ketiga ( Adipati Secoadiningrat ……. – 1913 ) Bupati Keempat ( Tumenggung Ario Suryowinoto 1913 – 1918 ) Bupati Kelima ( Tumenggung Ario Kertoamiprojo 1918 – 1923 ) Bupati Keenam ( Tumenggung Ario Sosrowinoto 1923 – 1931 ) Sampang berstatus kawedanan (1931 – 1942) Zaman Pendudukan Militer Jepang : Sampang dalam pendudukan jepang berstatus kawedanan (1942 – 1945) Wedana Raden Abdul Gafur Masa Kemerdekaan R.I 17 Agustus 1945 : Sampang berstatus kawedanan Wedana Raden Abdul Gafur Negara Madura (20 Februari 1948 – 4 Maret 1950) Sampang berstatus Kabupaten Bupati Raden Panji Muhammad Saleh Kusumowinoto (1948 – 1950) Kembali ke Pemerintahan R.I Madura bergabung dengan Negara Kesatuan R.I tanggal 9 Maret 1950 Sampang Berstatus Kabupaten : Bupati Pertama (RT. Moh. Iksan 1950 – 1952) Bupati Kedua ( R. Suharjo 1953 – 1956) Bupati Ketiga ( K.H. Achmad Zaini 1957 – 1959) Bupati Keempat (M. Walihadi 1960 – 1965) Bupati Kelima ( Faudzan Hafidz Suroso, B.A 1966 – 1971) Bupati Keenam (Jusuf Oenik 1971 – 1978) Bupati Ketujuh (Mursim 1978 – 1985) Bupati Kedelapan (Makbul 1985 – 1990) Bupati Kesembilan(R. Bagus Hinayana 1990 – 1995) Bupati Kesepuluh (Fadhilah Budiono, periode pertama 1995 – 2000) (periode kedua 2001 – 2006) Bupati Kesebelas (Noer Tjahja 2008 – sekarang) Sumber :

Disbudparpora Kab. Sampang

Sabtu, 08 September 2012

" SURAMADU BRIDGE " New Economic Revolution In Madura

1 komentar


DEVELOPMENT longest inter-island bridge in Indonesia Surabaya-Madura (Suramadu) will accelerate economic development in Madura, which has been isolated.
Suramadu will accelerate the economic development of the isolated Madura, said Advisor to the National Development Planning Agency (BAPPENAS) Ngakan Putu Miharjana, Madura Development discussion Suramadu with Post-Development Executive Forum Alumni Association Institute of Technology Nopermber, in Jakarta, Saturday (6 / 6).
However, it did not create the economic infrastructure, only help accelerate that potential can be realized. Especially relevant as a bridge transportation will reduce transport costs, improve productivity, and economic movement in the region cheaper. Moreover, it could help to explore potential of local-pontensi from Surabaya to Madura and vice versa.
According to him, a huge potential in the sector Madura is a tobacco plantation and natural resources such as gas oil. The use of land for industrial areas will occur, because in Surabaya very crowded and expensive so if shaped area of ​​the industry is difficult. So the development of the industry that can flow into the Madura with formation of an industrial area.
Longest bridge is the longest in Indonesia, which is about 5.4 kilometers built with construction costs Rp 4, 528 trillion sumebr funds from the state budget / budget and bilateral loans from China.
He added that a region whose economy is not so great as Surabaya Madura and connected with the area's economy is developed so that dikonsuldasi money advanced. Because of the advanced already have some keunggalan its resources more fully.
Once they are up and saturated the new shift to the side or Madura, unless the government intervenes, if released to the market mechanism will look for a more lucrative.
According to him, it is theoretically predicted that sightseeing and shopping sector is moving faster it Surabaya. Construction of the bridge, the government has to calculate the potential in Madura, and other possibilities for the development of Surabaya is limited by geography so as to bridge the industry is expected to shift to Madura.
However, the development of industrial areas in need of some factors first capital, human resource is ready for industrialization.
Therefore, it is expected with the construction of longest bridge or open Madura insulation will benefit from the economic aspect. They worry about the negative impacts after the bridge, but socio-economically more positive.
According to him, there are certain aspects of the environment and the changes will be the concentration of the new world. In addition, the construction of longest bridge thankfully does not fall on the land productive so there is no conversion.
Alluding to the spatial conditions in the area related to the Madura longest bridge, he said, there should be further examination, as it would have a change of activity centers in industrial areas.
There should be a balance between the two acceleration region, because it was feared if not planned carefully sat down with the Surabaya-Madura, will be far away.
Still lacking
Meanwhile, experts Statistics Tenth of November Institute of Technology (ITS) Surabaya, Kresnayana Yahya, said the road infrastructure is less of a problem in Madura, resulting in less support the development of the area.
Problem in Madura about road infrastructure, it is necessary for spatial assessment again in the area, said Kresnayana.
According to him, due to the infrastructure is still lacking, so that the cost in higher and Madura many poor people.
Madura has as many as 14 million people, but only four million are still living and others are not at home and prefer to migrate to other areas.
Four districts in Madura, namely Bangkalan home to about one million people, approximately 414,000 inhabitants Sampang lives of the poorest areas compared to other districts so that they wander a lot. Lacquer Society was the most outside Madura, because economic conditions are very low, he said.
In addition to roads, Madura in the Dutch, many teak forests, but now it is gone. There are 14 rivers disappear and vegetation and entire stands of teak gone.
Since the tree is not there so a few million cubic meters of water contained in the soil in Madura is now missing, as well as the Advisory Board Krenayana Madura .

pulaumadura.com

Rabu, 05 September 2012

" Madura Island " In English Review

0 komentar


Madura madukara derived from the word, the name of a god who was riding the cow which is jelamaan of the god Vishnu. Madukara was formerly deserted island without masters, mostly barren land into fertile top of dexterity and patience daughter Ayu Koneng government.
Putri Ayu Koneng Hindu. He likes to meditate and eat leaves and fruits. While the drink is made of turmeric and ginger seruas thumb that are put together. One time during the period of his hermitage, the princess dreamed of meeting the deity Vishnu, who gave him the gift of a baby in the womb Princess Koneng, This then makes him restless and agitated. Pregnant without a husband is a disgrace for him. He thought if the pregnancy was heard by the king, who was also his father the king bracelets. When hearing her pregnancy, the king became angry. In fact he did not want to know that the innocent is not his daughter. Kingdom bracelets itself is located in an area that remit includes Lamongan Gresik, Tuban, Edge Galuh (Surabaya). With the persuasion of the empress, then luluhlah heart of the king. Then the king said to his daughter was ostracized from his realm.
"O commander!," Cried the king. "I titahkan you brought my daughter out of the bracelets. And do not let her pregnancy was heard by my people, and then you come back to me "command of the king on his guard. After a long the way, on the edge of a beach the commander and the deputy saw the island of homeless. It was there and then the princess exiled.
But the commander felt sorry for the princess. Commander of the king's maker. In fact he brought his relatives to accompany the princess on the island. Princess koneng island Madukara name is none other than an adored figure of the god Vishnu. However, due to the tongue of the rigid at that time, the name madukara to Madura. Gradually, as many people who feel Ibah hello to the princess, many hijras people to the island. There juaga new pedatang from china and india live in pualu it!, The princess of land dividing the island of Madura with the commander. Bangkalan ground commander is empowered to become duke Bangkalan, daughter koneng build his empire in lacquer with royal names Nepa!. In rainy season the daughter entered the race racing cows pull a plow. This is a surefire way to enrich the soil and after the new land planted with rice, corn, etc..
Competition cow racing, then became a tradition of the nobility Madura. In its heyday, Nepa empire extending his rule until Situbondo, Bondowoso, Jember, Lumajang, and partly with the help of Duke Bangkalan Probolinggo. At one time royal bracelets attacked by other kingdoms. And sent the commander to ask for help Nepa king awareness bracelets.
How was royal Nepa still has blood kinship. And with the help of the king of Nepa, royal bracelets can be maintained. Coming home from the war arena, King Nepa thinks otherwise, he has big plans to seize the rings. because he think with that he was more right than his uncle on the royal power. Sounds like another bersautan, with the vibrant spirit of the army be established desire to conquer the king of kings bracelets. Bertambahlah Nepa power to Tuban, Lamongan, Gresik.
Not long from the rule in these bracelets, with the help of another royal uncle King Nepa behind the attack. Feeling stuck and tired army, knew that he would lose against his uncle. The king Nepa asked the guards to rescue the royal family to the area Sumenep. He also asked if there was news that he had died on the battlefield, the Queen and the royal guards immediately burn istanah Nepe. This has become the philosophy of the Madurese who reads "bone white better than the white of the eye." Nepa End of empire is estimated to occur in the year 1266.
Madura is the name of the island located in the northeast of East Java. Madura magnitude approximately 5250 km2 (smaller than the island of Bali), with a population of about 4 million people.

Location Madura Island
Madura is divided into four districts, namely:
1. Bangkalan
2. Sampang
3. Pamekasan
4. Sumenep
This island includes the province of East Java and has a number of motor vehicle itself, the "M".
History
Politically, Madura for centuries been a subordinate local authority based in Java. Around AD 900-1500, the island was under the influence of the eastern Javanese Hindu kingdom of Kediri, Singhasari, and Majapahit. In between 1500 and 1624, the rulers of Madura to some extent dependent on the Islamic kingdoms in the north coast of Java, like Demak, Gresik and Surabaya. In 1624, Madura conquered by Mataram. After that, the first half of the eighteenth century Madura under Dutch colonial rule (from 1882), first by the VOC, then the Dutch East Indies government. At the time of the division of the province in the 1920's, Madura became part of the province of East Java.
Economy
Overall, including Madura one of the poorest in the province of East Java [2]. Unlike Java, Madura soil less fertile enough to be used as a farm. Other limited economic opportunities has led to unemployment and poverty. These factors have resulted in long-term emigration of so many current Madura Madurese people do not live in Madura. Residents Madura including most transmigration program participants.
Subsistence agriculture (small scale to survive) is the main economic activity. Maize and cassava are the main crops in subsistence agriculture in Madura, scattered in many small holdings. Cattle are also an important part of the agricultural economy of the island and provide additional income for family farmers is important for activities other than karapan cows. Small-scale fisheries are also important in the subsistence economy there.
Crop cultivation is the most commercially in Madura tobacco. Land on the island of Madura, as this helps to make important producer of tobacco and clove cigarettes for the domestic industry. Since the Dutch colonial era, Madura has also become a major producer and exporter of salt.
Bangkalan located at the western end of Madura has undergone industrialization since the 1980s. The area is easily accessible from Surabaya, Indonesia's second largest city, and thus plays a suburb for commuters into the city, and as an industrial location and services needed close to Surabaya. Longest bridge that has been in operation since June 10, 2009, is expected to increase interaction with the regional economic Bangkalan area.
Culture
Madura is famous for its culture Karapan cow.

Karapan cows in Pamekasan, Madura.

List of figures Sakera

Sakera is a born fighter legend Bangil in Pasuruan, Indonesia. He fought against Dutch colonialism around the beginning of the 19th century. Sakera sadalah a local hero, who defied a dictator Dutch Bangil sugar plantation in the area. Sakera whiz-whiz as well as other areas Dutch captured after being betrayed by one of his own. He was buried in the Bekacak, Village Kolursari, the area south of the town Bangil. Madura bloody hero legend is very popular in East Java.
Sakera was a hero who was born in the village Raci Bangil City, Pasuruan, East Java, Indonesia. He fought against Dutch colonialism in the early 19th century. Sakera sadalah a local hero against the Dutch colonialists in sugarcane plantations Mas Bangil hare. Bangil bloody hero legend is very popular in East Java and Madura especially in Pasuruan.
History Sakera


Sakera real name Sadiman who works as a foreman at a sugar plantation owned sugar mills Mas Bangil deer. He is known as a foreman for a kind and very concerned about the welfare of the workers to dubbed Mr. Sakera. One day after the milling season is finished, the sugar factory requires a lot of new land to plant sugar cane. Because the interests of the Dutch company's ambitious leadership wants to buy plantation area-wide with cheap-price murahnya.Dengan cunning way the Dutch were ordered to strip Apex can provide new land for the company in the short term and cheap, and by promising raise the expectations of wealth and riches to strip Apex willing to fulfill that desire. Carik Apex uses violent means to the people of the land sought for the company. Sakera see this injustice try always to defend the people and the many failed attempts to strip Rembang. Carik Rembang report this to corporate leaders. Corporate leaders angry and sent his deputy Mark to kill Sakera. One day at the plantation workers were resting, Markus angry and punish the workers as well as challenging Sakera. Sakera that a report it is angry and kill Mark and guard in the garden cane. Since then Sakera become fugitives Dutch Government. Once when Sakera visiting his mother's house, where he was beaten by police and Dutch Rembang strips. Because the mother was threatened with death Sakera then Sakera ahirnya surrender, Sakera Bangil in jail. Torment by Dutch police torture to Sakera every day. for jailed Pak Sakera always missed by family at his home, Sakera have a very beautiful wife named Marlena and a nephew named Brodin. Unlike Sakera with big hearts, Brodin is a mischievous boy who likes to gamble and secretly eyeing Sakera wife Marlena. Brodin repeatedly attempted to close to Marlena. While there Sakera prison, Brodin managed affair with Marlena. When the news reached the ears Sakera Sakera angry and escapes from prison. Brodin was killed Sakera. Then Mr. Sakera revenge is consecutive, starting Carik Rembang killed, followed by a purge officials who extort people's estates. Even the police chief Bangil was hacked by hand with his trademark weapon 'sickle' when trying to catch Sakera. By the devious Dutch police also went to a friend seperguruan Sakera named Aziz to seek Pak Sakera weaknesses. With the lure of riches will be rewarded by the Dutch Government in Bangil Aziz Sakera trap by holding tayuban, knowing Sakera most happy event tayuban Sakera finally was caught and overpowered knowledge degan punch [[bamboo lear]]. Again, the Dutch succeeded Mr. Sakera mernangkap back later tried by the Government and it was decided to Bangil hanged. Sakera fall Bangil hanged in prison and he was buried in Bekacak, Kolursari Village (the area south of the city Bangil).
TRADITIONAL MUSIC (MADURA) Daul'' UL''



There stroller, kenong, gongs, drums, flute, barrels, and other traditional musical instruments. In each instrument, one man stood drummers that number could reach twenties whole people or more. Each instrument is mounted on a stroller that has a variety of shapes and colors. And those who stood menabuhnya walk in the stroller with the hole at the bottom. That music Ul Daul, new music typical of Madura.
Certainly no one knows when Ul Daul was formed and where it originated where original music, whether or Sumenep Pamekasan. Music is known only emerging five years. Starting from the street music group whose activities are waking people at night, especially in the month of fasting.
Subsequent developments, the instruments used and start growing improved with a better design. First, as a musical instrument drum bass work, the material used plastic container barrels of fish fed ex truck tire rubber. While kenong that have sound gerincing made from the cut sheet metal and arranged in hollow logs. Other tools such as a hollowed bamboo drums a bit on the side.
At first the music was not using a stroller. The musicians bring their own instrument. However, since a few years ago made the train but to also increase the ease of this exotic percussion. The design is diverse, ranging from dragons, peacocks, chickens ranged, and others. Exoticism stroller is growing as the drummer wearing uniforms. Uniforms were selected from typical local color elements, such as custom clothing and dress Sakera.
Music is usually performed on festive occasions such as mantenan, circumcision, khotmil qur'an, celebration increases class, Agustusan, and so on. Not only in Madura music also appeared in an official ceremony in the state as well as several events abroad. Yes, despite emerging yet been able to go international.
Daul Ul characterized, music and of course the smart stroller. So, some time ago Pamekasan want to patent this music as one of the musical wealth of the typical Madura. Today, the number has Daul Ul music very much. They are mostly spread in three districts, namely Sumenep, Pamekasan and Sampang. The emergence of these groups are supported by the growing proliferation of pilot events that melombakan music.
To be able to watch Ul Daul people have to spend a sum of around Rp. 1-1.5 million.
Prominent Origin Madura
Prominent Legend
Adi Poday, Panembahan Blingi second son, Ario Palangjiwo holds a legendary figure who likes to meditate and do spiritual marriage with Potre Koneng and dkaruniai two children namely Jokotole and Jokowedi
Potre Koneng, aka Goddess Saini grandson of Prince Bukabu in Sumenep
Jokotole first child and marriage Adi poday Potre koneng found white bulls were fed in a cowshed belonging MPU Kelleng who eventually became his stepfather. The place where there is a cowshed later became the name of this village in the Village Pekandangan daesah.
Jokowedi
Kelleng MPU, a blacksmith from the village Pekandangan District Bluto Sumenep
Sakera: is a local hero, who defied a dictator Dutch Bangil sugar plantation in the area, which was eventually sentenced to death by the colonial Dutch.
Trunojoyo
To the vanished
Prominent kingdom
Central Prince 1592-1621. Brother of:
Prince Mas 1621-1624
Prince Praseno prince Ningrat I Tjokro in 1624-1647. Children of Central and father of:
Prince Tjokro in Ningrat II 1647-1707, Panembahan 1705. Father of:
Raden Temenggong Sosro in Ningrat Prince Tjokro in Ningrat III 1707-1718. Brother of:
Raden Temenggong Suro in Ningrat Prince Tjokro Ningrat IV in 1718-1736. Father of:
Raden Duke Sejo Adi Ningrat I Panembahan Tjokro in Ningrat V 1736-1769. Grandfather of:
Raden Duke Sejo Adi Ningrat II Panembahan Duke Tjokro in Ningrat VI 1769-1779
Duke Panembahan Tjokro in Ningrat VII 1779-1815, Sultan 1808-1815 Bangkalan. Children of Tjokro in Ningrat V and Father of:
Tjokro in Ningrat VIII, Sultan Bangkalan 1815-1847. Brother of:
Panembahan Tjokro in Ningrat IX, Sultan Bangkalan 1847-1862. Father of:
Panembahan Tjokro in Ningrat X, Sultan Bangkalan 1862-1882.
Raden Aria Wiraraaja: is: Founder of work Majapahit
Prominent Ulema / Kyai
KH.Syaikhona Kholil: NU founding principal architect Madura cleric, the late Syaikhona Kholil Bangkalan. Syaikhona Kholil a teacher NU clerics since the first batch Hadratus cleric Shaykh As'ad Hasyim to Syamsul Arifin.
Kiai Pragalbo Th .... -1531. Father of:
Kiai Pratanu Panembahan Weak Duwur 1531-1592. Father of: Central Prince 1592-1621. Brother of Prince Mas 1621-1624
Tidjanie KH Ahmad Jauhari, Secretary Rabithah Al-Alam Al-Islami, Mecca is also Chairman of Al Amin Madura Boarding Schools
KH Alawie, chaplain of Sampang
KH. Bahaudin Mudhary, East Java MUI chairman, author of the book Dialogue Divinity of Jesus
KH. Badrie Masduki, NU leaders
Heroes of Madura
PangeranTrunojoyo
Abdul Halim Perdana Kusuma (born in Sampang, Madura, 18 November 1922)
 Prominent Officials of the Republic of Indonesia
Mahfud, MD, Prof. : Chairman of the Constitutional Court
Hadi Purnomo: Chairman of the Board Audit
Herman Widyananda, DR. SE., M.Sc.: Vice Chairman of the Board Audit
Official figures Kabibinet Minister of the Republic of Indonesia
Soemarno Sosroatmodjo for the period 1960 - 1964 and 1965 - 1966, the Minister of the Interior and the Governor of Jakarta:
Rachmat Saleh: Trade Minister
Wardiman Joyonegoro, Prof.DR.Ing. Minister of Education and Culture
R.Hartono, Interior Minister General
Djamaludin Suryohadikusumo, Minister of Forestry
Nur Mahmudi (MCC Chairman), the Minister of Forestry
Ministerial Leaders
Rahmat Saleh: Governor of Bank Indonesia
Majid: Chairman BPS RI
Soedjono Chanafiah Atmonegoro, SH: Attorney General
Figures as Governor
Moch.Noer: Governor of East Java
Soemarno Sosroatmodjo: Jakarta Governor
Prominent in the Military
R.HARTONO, Chief of Staff of the Army (Army Chief of Staff)
Muhammad Arifin, Chief of Naval Staff (KSAL)
Hanafie Asnan, Chief of Staff of the Air Force (KSAU)
Banurusman, Chief of Police (Chief National Police)
Roesman Hadi, KAPLRI
Arie Sadewo, Army Gen., Deputy BIN
Leaders in the World of Education and Research
Ichlasul Amal, Rector of Universitas Gadjah Mada
R. Achmady, Rector of UB (Ichlasul sister Amal)
Afnan Troena, UB Rector
HR Soedarso Djojonegoro, Rector of the State University of Airlangga
M.Iksan Semaoen, Madura State University Rector Tronojoyo
Nurcholish Madjid, Cak Nur (father Bangkalan Madura), Chancellor and Founder Paramadina University
HM Rachimoellah, Professor at the Institute of Technology, November Surabaya:
Mien Ahmad Rifai, Professor of IPB, inventor of more than 100 New Plants) Expert Mr. Mushroom Indonesia (principal investigator)
Iwan Azis Djaya father Aziz, owner Surabaya Post
Iwan Jaya Azis, Professor and Director of the Graduate at Cornell University
Syairul Alim, Professor of Physics College of Gajah Mada
Riswandha Imaw, Professor of Political Science, University of Gajah Mada
Mochtar Mas'ud, Professor of Economics UGM
Educate Junaidi Rachbini, Prof.DR, an economist and politician PAN:
Faisal Ismail, Professor IAIN Yogyakarta and Ambassador in Kuwait
Latif Wiyata (CERIC Univ. Jember - Cultural Anthropologist Madura)
 Prominent Culture / Artists Madura
Abdul Hadi, WM
Kadarisman Sastrodiwiryo
D. Zawawi Imron (sickles Gold)
Sahid Kelana (father Handa Band The Big Kid, Imaniar brothers) Artist Trumpets Madura received his death
Adrian Pawitra, dictionary maker Madura to Indonesian and Indonesian to English Madura
Agus Hadi Sudjiwo / better known Sudiwo Tejo, (born in Jember, East Java, August 31, 1962 Descendants of Madura based personal recognition, many people in this area maduranya)
D Jamal Rahman, Chief Editor of Magazine Culture Horison

by Roostien Ilyas & Yusuf Rizal
Translated by pulaumadura.com

Selasa, 04 September 2012

Suramadu Percepat Perkembangan Ekonomi Madura

0 komentar
PEMBANGUNAN jembatan antar-pulau terpanjang di Indonesia Surabaya-Madura (Suramadu) akan mempercepat perkembangan perekonomian di Madura yang selama ini terisolasi.
Suramadu akan mempercepat perkembangan ekonomi Madura yang terisolasi, kata Staf Ahli Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bapenas) Ngakan Putu Miharjana, acara diskusi Pengembangan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu bersama Forum Eksekutif Ikatan Keluarga Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopermber, di Jakarta, Sabtu (6/6).
Namun, infrastruktur tidak menciptakan ekonomi, hanya membantu mempercepat supaya potensi bisa direalisasikan. Terutama terkait transportasi seperti adanya jembatan akan menurunkan biaya transport, meningkatkan produktifitas, dan pergerakan ekonomi di daerah itu lebih murah. Selain itu, bisa membantu untuk menggali pontensi-pontensi lokal dari Surabaya ke Madura begitu juga sebaliknya.
Menurut dia, potensi Madura yang besar di sektor perkebunan adalah tembakau dan sumber daya alam seperti minyak gas. Pemanfaatan lahan untuk wilayah industri akan terjadi, karena di Surabaya sangat padat dan harganya mahal sehingga kalau dibentuk daerah kawasan industri sudah sulit. Sehingga perkembangan industri itu bisa mengalir ke Madura dengan terbentuk kawasan industri.
Jembatan Suramadu merupakan terpanjang di Indonesia yakni sekitar 5,4 kilometer dibangun dengan biaya kontruksi Rp4,528 triliun sumebr dana dari APBN/APBD dan pinjaman bilateral dari China.
Ia menambahkan kalau suatu daerah yang ekonominya tidak terlalu besar seperti Madura dan dihubungkan Surabaya dengan daerah yang ekonominya sudah maju maka yang dikonsuldasi uang maju. Karena yang maju sudah mempunyai beberapa keunggalan sumber dayanya lebih lengkap.
Setelah mereka maksimal dan jenuh baru bergeser ke samping atau Madura, kecuali pemerintah melakukan intervensi, kalau dilepas dengan mekanisme pasar akan mencari yang lebih menguntungkan.
Menurut dia, secara teori diperkirakan disektor wisata dan belanja yang bergerak lebih cepat justru Surabaya. Pembangunan jembatan, pemerintah sudah menghitung potensi yang ada di Madura, dan kemungkinan lain karena Surabaya perkembangan dibatasi oleh kondisi geografis sehingga dengan adanya jembatan industri diharapkan dapat bergeser ke Madura.
Namun, pengembangan daerah industri membutuhkan beberapa faktor pertama modal, sumber daya manusia apakah sudah siap untuk industrialisasi.
Karena itu, diharapkan dengan dibangunnya jembatan Suramadu atau membuka isolasi Madura akan menguntungkan dari aspek ekonomi. Mereka khawatir dampak negatifnya setelah ada jembatan itu, tapi secara sosial ekonomi lebih banyak positifnya.
Menurut dia, dipastikan ada perubahan aspek lingkungan dan akan terjadi konsentrasi dunia baru. Selain itu, pembangunan jembatan Suramadu untungnya tidak jatuh di lahan produkstif sehingga tidak terjadi konversi.
Menyinggung kondisi tata ruang di daerah Madura terkait adanya jembatan Suramadu, kata dia, harus ada pengkajian lagi, karena pasti akan terjadi perubahan dari pusat-pusat kegiatan di daerah industri.
Harus ada percepatan keseimbangan antara dua daerah itu, karena dikhawatirkan kalau tidak direncanakan dengan matang duduk bersama antara Surabaya-Madura, akan jauh jaraknya.
Masih kurang
Sementara itu, Pakar Statistik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Kresnayana Yahya, mengatakan infrastruktur jalan masih kurang menjadi problema di Madura, sehingga kurang mendukung pengembangan daerah tersebut.
Problem di Madura soal infrastruktur jalan, maka diperlukan pengkajian lagi untuk tata ruang di daerah tersebut, kata Kresnayana.
Menurut dia, akibat infrastruktur yang masih kurang itu, sehingga beaya menjadi lebih tinggi dan Madura penduduknya banyak yang miskin.
Madura yang memiliki sebanyak 14 juta jiwa, tapi hanya empat juta yang masih tinggal dan lainnya tidak betah serta lebih senang merantau ke daerah lain.
Empat kabupaten di Madura, yakni Bangkalan dihuni sekitar satu juta jiwa, Sampang penduduknya sekitar 414.000 jiwa daerah termiskin dibanding kabupaten lainnya sehingga mereka banyak yang merantau. Masyarakat Sampang itu yang paling banyak di luar Madura, karena kondisi ekonominya sangat rendah, katanya.
Selain jalan, Madura pada zaman Belanda itu banyak hutan jati, tetapi sekarang sudah habis. Ada 14 sungai hilang sehingga vegetasi dan seluruh tegakan jati sudah tidak ada.
Karena pohonnya tidak ada sehingga beberapa juta kubik air yang terkandung di dalam tanah di Madura sekarang sudah hilang, kata Krenayana juga sebagai Penasihat Dewan Pembangunan Madura

http://www.pelita.or.id

Minggu, 02 September 2012

Kerusuhan Sampang |Perbedaan Syiah Vs Suni yang Sebenarnya|

3 komentar
Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) dianggap sekedar dalam masalah khilafiyah Furu’iyah, seperti perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah, antara Madzhab Syafi’i dengan Madzhab Maliki.

Karenanya dengan adanya ribut-ribut masalah Sunni dengan Syiah, mereka berpendapat agar perbedaan pendapat tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Selanjutnya mereka berharap, apabila antara NU dengan Muhammadiyah sekarang bisa diadakan pendekatan-pendekatan demi Ukhuwah Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah dan Sunni tidak dilakukan?.



Oleh karena itu, disaat Muslimin bangun melawan serangan Syiah, mereka menjadi penonton dan tidak ikut berkiprah.

Apa yang mereka harapkan tersebut, tidak lain dikarenakan minimnya pengetahuan mereka mengenai aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sehingga apa yang mereka sampaikan hanya terbatas pada apa yang mereka ketahui.

Semua itu dikarenakan kurangnya informasi pada mereka, akan hakikat ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Disamping kebiasaan berkomentar, sebelum memahami persoalan yang sebenarnya.

Sedangkan apa yang mereka kuasai, hanya bersumber dari tokoh-tokoh Syiah yang sering berkata bahwa perbedaan Sunni dengan Syiah seperti perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzhab Syafi’i.

Padahal perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzhab Syafi’i, hanya dalam masalah Furu’iyah saja. Sedang perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah), maka perbedaan-perbedaannya disamping dalam Furuu’ juga dalam Ushuul.

Rukun Iman mereka berbeda dengan rukun Iman kita, rukun Islamnya juga berbeda, begitu pula kitab-kitab hadistnya juga berbeda, bahkan sesuai pengakuan sebagian besar ulama-ulama Syiah, bahwa Al-Qur’an mereka juga berbeda dengan Al-Qur’an kita (Ahlussunnah).

Apabila ada dari ulama mereka yang pura-pura (taqiyah) mengatakan bahwa Al-Qur’annya sama, maka dalam menafsirkan ayat-ayatnya sangat berbeda dan berlainan.

Sehingga tepatlah apabila ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah mengatakan : Bahwa Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) adalah satu agama tersendiri.

Melihat pentingnya persoalan tersebut, maka di bawah ini kami nukilkan sebagian dari perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dengan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah).

1. Rukun Islam
Rukun Islam Ahlussunnah kita ada 5:

Syahadatain
As-Sholah
As-Shoum
Az-Zakah
Al-Haj
Rukun Islam Syiah juga ada 5 tapi berbeda:

As-Sholah
As-Shoum
Az-Zakah
Al-Haj
Al wilayah
2. Rukun Iman
Rukun Iman Ahlussunnah ada enam:

Iman kepada Allah
Iman kepada Malaikat-malaikat Nya
Iman kepada Kitab-kitab Nya
Iman kepada Rasul Nya
Iman kepada Yaumil Akhir / hari kiamat
Iman kepada Qadar, baik-buruknya dari Allah.
Rukun Iman Syiah ada 5 :

At-Tauhid
An Nubuwwah
Al Imamah
Al Adlu
Al Ma’ad
3. Syahadat
Ahlussunnah mempunyai Dua kalimat syahada, yakni: “Asyhadu An La Ilaha Illallah wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”.

Syiah mempunyai tiga kalimat syahadat, disamping “Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, masih ditambah dengan menyebut dua belas imam-imam mereka.

4. Imamah
Ahlussunnah meyakini bahwa para imam tidak termasuk rukun iman. Adapun jumlah imam-imam Ahlussunnah tidak terbatas. Selalu timbul imam-imam, sampai hari kiamat.Karenanya membatasi imam-imam hanya dua belas (12) atau jumlah tertentu, tidak dibenarkan.

Syiah meyakini dua belas imam-imam mereka, dan termasuk rukun iman. Karenanya orang-orang yang tidak beriman kepada dua belas imam-imam mereka (seperti orang-orang Sunni), maka menurut ajaran Syiah dianggap kafir dan akan masuk neraka.

5. Khulafaur Rasyidin
Ahlussunnah mengakui kepemimpinan khulafaurrosyidin adalah sah. Mereka adalah: a) Abu Bakar, b) Umar, c) Utsman, d) Ali radhiallahu anhum

Syiah tidak mengakui kepemimpinan tiga Khalifah pertama (Abu Bakar, Umar, Utsman), karena dianggap telah merampas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (padahal Imam Ali sendiri membai’at dan mengakui kekhalifahan mereka).

6. Kemaksuman Para Imam
Ahlussunnah berpendapat khalifah (imam) adalah manusia biasa, yang tidak mempunyai sifat Ma’shum. Mereka dapat saja berbuat salah, dosa dan lupa, karena sifat ma’shum, hanya dimiliki oleh para Nabi. Sedangkan kalangan syiah meyakini bahwa 12 imam mereka mempunyai sifat maksum dan bebas dari dosa.

7. Para Sahabat
Ahlussunnah melarang mencaci-maki para sahabat. Sedangkan Syiah mengangggap bahwa mencaci-maki para sahabat tidak apa-apa, bahkan berkeyakinan, bahwa para sahabat setelah Rasulullah SAW wafat, mereka menjadi murtad dan tinggal beberapa orang saja. Alasannya karena para sahabat membai’at Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah.

8. Sayyidah Aisyah
Sayyidah Aisyah istri Rasulullah sangat dihormati dan dicintai oleh Ahlussunnah. Beliau adalah termasuk ummahatul Mu’minin. Syiah melaknat dan mencaci maki Sayyidah Aisyah, memfitnah bahkan mengkafirkan beliau.

9. Kitab-kitab hadits
Kitab-kitab hadits yang dipakai sandaran dan rujukan Ahlussunnah adalah Kutubussittah : Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan At-Tirmidz, Sunan Ibnu Majah dan Sunan An-Nasa’i. (kitab-kitab tersebut beredar dimana-mana dan dibaca oleh kaum Muslimin sedunia).

Kitab-kitab hadits Syiah hanya ada empat : a) Al Kaafi, b) Al Istibshor, c) Man Laa Yah Dhuruhu Al Faqih, dan d) Att Tahdziib. (Kitab-kitab tersebut tidak beredar, sebab kebohongannya takut diketahui oleh pengikut-pengikut Syiah).

10. Al-Quran
Menurut Ahlussunnah Al-Qur’an tetap orisinil dan tidak pernah berubah atau diubah. Sedangkan syiah menganggap bahwa Al-Quran yang ada sekarang ini tidak orisinil. Sudah dirubah oleh para sahabat (dikurangi dan ditambah).

11. Surga
Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul Nya. dan Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul Nya. Menurut Syiah, surga hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam Ali, walaupun orang tersebut tidak taat kepada Rasulullah. Dan neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang memusuhi Imam Ali, walaupun orang tersebut taat kepada Rasulullah.

12. Raj’ah
Aqidah raj’ah tidak ada dalam ajaran Ahlussunnah. Raj’ah ialah besok di akhir zaman sebelum kiamat, manusia akan hidup kembali. Dimana saat itu Ahlul Bait akan balas dendam kepada musuh-musuhnya.

Raj’ah adalah salah satu aqidah Syiah, dimana diceritakan bahwa nanti diakhir zaman, Imam Mahdi akan keluar dari persembunyiannya. Kemudian dia pergi ke Madinah untuk membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah serta Ahlul Bait yang lain. Setelah mereka semuanya bai’at kepadanya, diapun selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah. Kemudian ketiga orang tersebut disiksa dan disalib, sampai mati seterusnya diulang-ulang sampai ribuan kali, sebagai balasan atas perbuatan jahat mereka kepada Ahlul Bait.

Orang Syiah mempunyai Imam Mahdi sendiri, yang berlainan dengan Imam Mahdi yang diyakini oleh Ahlussunnah, yang akan membawa keadilan dan kedamaian.

13. Mut’ah
Mut’ah (kawin kontrak), sama dengan perbuatan zina dan hukumnya haram. Sementara Syiah sangat dianjurkan mut’ah dan hukumnya halal. Halalnya Mut’ah ini dipakai oleh golongan Syiah untuk mempengaruhi para pemuda agar masuk Syiah. Padahal haramnya Mut’ah juga berlaku di zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib.

14. Khamr
Khamer (arak) najis menurut Ahlussunnah. Menurut Syiah, khamer itu suci.

15. Air Bekas Istinjak
Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap tidak suci, menurut ahlussunnah (sesuai dengan perincian yang ada). Menurut Syiah air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap suci dan mensucikan.

16. Sendekap
Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri hukumnya sunnah. Menurut Syiah meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri sewaktu shalat dapat membatalkan shalat. (jadi shalatnya bangsa Indonesia yang diajarkan Wali Songo oleh orang-orang Syiah dihukum tidak sah dan batal, sebab meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri).

17. Amin Sesudah Fatihah
Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat adalah sunnah. Menurut Syiah mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat dianggap tidak sah dan batal shalatnya. (Jadi shalatnya Muslimin di seluruh dunia dianggap tidak sah, karena mengucapkan Amin dalam shalatnya).

Demikian telah kami nukilkan beberapa perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Harapan kami semoga pembaca dapat memahami benar-benar perbedaan-perbedaan tersebut. Selanjutnya pembaca yang mengambil keputusan (sikap). Masihkah mereka akan dipertahankan sebaga Muslimin dan Mukminin ? (walaupun dengan Muslimin berbeda segalanya).

Sebenarnya yang terpenting dari keterangan-keterangan diatas adalah agar masyarakat memahami benar-benar, bahwa perbedaan yang ada antara Ahlussunnah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) itu, disamping dalam Furuu’ (cabang-cabang agama) juga dalam Ushuul (pokok/ dasar agama).

Apabila tokoh-tokoh Syiah sering mengaburkan perbedaan-perbedaan tersebut, serta memberikan keterangan yang tidak sebenarnya, maka hal tersebut dapat kita maklumi, sebab mereka itu sudah memahami benar-benar, bahwa Muslimin Indonesia tidak akan terpengaruh atau tertarik pada Syiah, terkecuali apabila disesatkan (ditipu). Oleh karena itu, sebagian besar orang-orang yang masuk Syiah adalah orang-orang yang tersesat, yang tertipu oleh bujuk rayu tokoh-tokoh Syiah.

Akhirnya, setelah kami menyampaikan perbedaan-perbedaan antara Ahlussunnah dengan Syiah, maka dalam kesempatan ini kami menghimbau kepada Alim Ulama serta para tokoh masyarakat, untuk selalu memberikan penerangan kepada umat Islam mengenai kesesatan ajaran Syiah. Begitu pula untuk selalu menggalang persatuan sesama Ahlussunnah dalam menghadapi rongrongan yang datangnya dari golongan Syiah. Serta lebih waspada dalam memantau gerakan Syiah didaerahnya. Sehingga bahaya yang selalu mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita dapat teratasi.

Selanjutnya kami mengharap dari aparat pemerintahan untuk lebih peka dalam menangani masalah Syiah di Indonesia. Sebab bagaimanapun, kita tidak menghendaki apa yang sudah mereka lakukan, baik di dalam negri maupun di luar negri, terulang di negara kita. Semoga Allah selalu melindungi kita dari penyesatan orang-orang Syiah dan aqidahnya. Amin.





http://www.sarkub.com/